Liputan6.com, Jakarta Pedagang pasar berharap ada langkah konkret pemerintah untuk mengatur ketersediaan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Ini turut merespons niatan pengrajin atau produsen tahu tempe yang akan melakukan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022 mendatang.
Dengan adanya mogok produksi itu, kemungkinan pasokan dari produsen ke pasaran akan terganggu. Maka, diperlukan langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatur pasokan termasuk harga bahan baku tahu tempe.
Advertisement
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikapi) Reynaldi Sarijowan mengatakan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan kementerian terkait menyikapi rencana mogok produksi itu. Ia berharap pemerintah melakukan langkah tepat.
“Terkait rencana mogok in, kami juga akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak termasuk kementerian terkait untuk bagaimana caranya mengatur supaya harga kedelai ini dapat diintervensi oleh pemerintah secara langsung, jangan mengikuti harga tren dunia sementara kita penghasil kedelai juga,” katanya kepada Liputan6.com, Selasa (15/2/2022).
“Jadi harus mengikuti harga yang di dalam negeri terkhusus masyarakat kita ayng menjangkau tempe ini dengan harga ayng terjangkau,” imbuh dia.
Reynaldi mengatakan, kenaikan harga kedelai yang memengaruhi harga tahu tempe ini kerap terjadi setiap tahun. Bahkan, ia juga memprediksi kenaikan harga komoditas ini masih akan terjadi berkepanjangan.
“Kami akan memproyeksikan ini akan terus melambung tinggi harga kedelai karena setiap tahun ini terjadi, di penghujung tahun 2019 dan 2020 serta 2021 itu juga terjaid kelangkaan kedelai mengingat har ga kedealai secara internasional cukup tinggi,” kata dia.
Ia meminta pemerintah bisa menyalurkan stok yang dimiliki dari hasil produksi dalam negeri. Sehingga harga kedelai internasional tak berpengaruh signifikan terhadap pembuatan tahu tempe yang imbasnya juga dirasakan pedagang pasar.
“Namun kita memiliki stok di dalam negeri stok yang lama seharusnya digelontorkan saja untuk menekan harga dan yang paling penting ialah di hulu nya ini di pengrajin tahu tempe harus kita support,” kata dia.
Kemudian, ia juga meminta pemerintah untuk melakukan pemetaan produksi tahu tempe ini. ia khawatir jika kenaikan masih terus terjadi, pedagang pasar tak bisa memenuhi permintaan saat Ramadhan dan idul fitri yang akan datang.
“Jadi supaya kedepan kita menghadapi Tamadhan Idul Fitri juga pedagang menjangkau harga kebutuhan pokok yang terjangkau kemudian barangnya juga ada. pada intinya stoknya ada dulu, kalau stoknya ada, permintaan akan terjadi di pasar,” terangnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lakukan Investigasi
Lebih lanjut Reynaldi mengaku pihaknya sering melakukan investigasi ke beberapa titik di pasar tradisional. ia menemukan di sejumlah titik tak tersedianya tahu tempe ketika ada polemik harga yang terjadi.
Selain itu, ia pun menyoroti terkait penyelesaian di komoditas lain, misalnya di minyak goreng yang masih terpantau harganya tinggi dan harga gula pasir yang cenderung mulai meningkat.
“Tahun lalu sering sekali kami menginvestigasi di beberapa titik di pasar ayng memang tidak ada barangnya, tahu dan tempe ini, maka pemerintah selain menyelesaikan persoalan beberapa komoditas pangan ini, penting juga utnuk menyelesaikan persoalan tahu tempe,” paparnya.
“Kalau minyak goreng belum selesai, dan gula pasri juga relatif tinggi mencapai 14 ribu maka harus betul2 dipetakan oleh produksi kita kedepan supaya supply and demand ini kedepan seimbang,” imbuh dia.
Advertisement