Gubernur Khofifah Usulkan 15 Wilayah di Jatim jadi Desa Devisa

Desa Devisa merupakan program pendampingan yang digagas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2022, 01:00 WIB
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Madiun - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyiapkan sedikitnya 15 desa di wilayahnya yang memiliki potensi ekonomi kreatif untuk diusulkan sebagai desa devisa ke pemerintah pusat bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

"Tahun 2022 ini, Jawa Timur mendapat kuota sebanyak 15 desa untuk menjadi desa devisa. Saya meminta ke LPEI agar bisa diperluas menjadi 20 desa devisa," kata Khofifah di Madiun, Selasa (15/2/2022). 

Menurut dia, Oemah Batik Candi di Desa Candimulyo Kabupaten Madiun layak untuk diusulkan menjadi satu dari 15 desa devisa karena selama ini sentra batik tersebut konsisten dengan produk batik tulisnya. Pemprov Jawa Timur saat ini memang sedang mencari untuk menemukan desa-desa di wilayahnya yang memiliki potensial untuk dijadikan desa devisa.

Selain di Oemah Batik Candi di Desa Candimulyo Kabupaten Madiun, sebelumnya Gubernur Khofifah telah berkunjung ke Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang yang memiliki potensi sebagai penghasil manik-manik berbahan dasar limbah beling yang telah memiliki pasar ekspor.

Gubernur juga telah berkunjung ke Desa Margorejo dan Desa Kedung Rejo di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban sebagai desa perajin batik tulis tenun gedog khasTuban.

Pihaknya menjelaskan, saat ini di Jawa Timur telah ada tiga desa devisa, salah satunya adalah Desa Wedani di Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik yang merupakan produsen sarung berkualitas dan dijuluki desa tenun.

"Saat ini tim LPEI sedang melakukan visitasi dan assement di beberapa desa yang kita usulkan menjadi desa devisa. Nantinya, yang menentukan lolos menjadi desa devisa adalah LPEI dan diharapkan semua lolos sehingga bisa menjadi pendongkrak kesejahteraan masyarakat desa," kata Khofifah.

Adapun, desa devisa merupakan program pendampingan yang digagas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas.

Program desa dvisa memberi kesempatan bagi wilayah yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor untuk mengembangkan potensinya secara ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Terdapat sejumlah pertimbangan aspek dalam menentukan desa devisa. Yaitu produk, konsistensi dan keberlanjutan produksi, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antarpemangku kepentingan, produsen dan manajerial, infrastruktur, serta sarana penunjang lainnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya