Liputan6.com, Malang - Candi Kidal merupakan peninggalan Kerajaan Singosari. Candi Kidal berada di Desa Rejokidal, Tumpang, Kabupaten Malang.
Candi ini dibangun pada tahun 1248 Masehi untuk menghormati sosok Anusapati, raja kedua Kerajaan Singosari yang tewas di tangan Panji Tohjaya.
Dikutip dari barbagai sumber, Anusapati memimpin kerajaan Singosari selama 20 tahun mulai dari 1227-1248. Kematian Anusapati sendiri merupakan bagian dari perebutan kekuasaan di Kerajaan Singosari.
Baca Juga
Advertisement
Kejadian tersebut juga disebut sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring yang tewas dibunuh oleh Ken Arok. Namun Candi Kidal bukan satu-satunya hal yang menarik.
Ada satu ritual kuno yang masih dilakukan di Candi Kidal hingga sekarang, yakni ruwatan Murwakala. Ritual ini merupakan tradisi Jawa kuno bertujuan untuk mengeluarkan sisi buruk dari jiwa manusia. Di zaman sekarang, ritual tersebut diikuti pimpinan yang menjabat atau disebut nayaka praja.
Jalannya ritual ruwatan biasanya dilakukan dengan memotong rambut hingga melarung atau menghanyutkan sajen. Meskipun ritual kuno, tradisi itu masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dimulai Tarian Garudeya
Prosesi ruwatan murwakala yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dimulai dengan sajian tarian Garudeya. Tarian yang selalu membuka ritual ruwatan ditujukan agar masyarakat yang tinggal di sekitar candi hingga seluruh Indonesia senantiasa damai, makmur, dan sejahtera.
Tarian Garudeya tidak lepas dari tiga relief di kaki Candi Kidal yang menceritakan legenda Garudeya (Garuda). Dikisahkan, ia membebaskan ibunya dari perbudakan.
Tiga panel relief itu berada di pilaster (tiang semu) bagian tengah batur Candi Kidal, tepatnya di sisi selatan, timur, dan utara. Relief Garudeya pada tubuh Candi Kidal merupakan amanat dari Raja Anusapati.
Candi Kidal dibangun dengan tujuan agar Sang Raja yaknni Anusapati mendapat kemuliaan sebagai Syiwa. Amanat ini muncul karena keinginan besar Anusapati untuk meruwat ibunya, Ken Dedes.
(Tifani)
Advertisement