Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria asal Singapura mengaku awalnya pergi ke salon untuk memotong dan mewarnai rambut. Namun, kunjungan itu malah berakhir dengan mendaftar paket perawatan rambut senilai 1.771 dolar Singapura (sekitar Rp18,8 juta).
Keputusan si pelanggan mengambil paket itu membuatnya kesal. Pria 61 tahun yang diketahui bermarga Lee itu lalu meluapkan unek-uneknya di media sosial, menurut Mothership, Rabu (16/2/2022).
Dalam unggahannya, Lee menjelaskan pergi ke salon di Blok 717 Yishun Street 71 pada 5 Februari 2022. Ia mengaku awalnya hanya ingin potong rambut, tapi memutuskan untuk mewarnai rambutnya karena sudah beruban. Shin Min Daily News melaporkan, staf di salon kemudian menunjukkan bahwa kulit kepala Lee bermasalah.
Baca Juga
Advertisement
Pada akhir kunjungan salonnya, Lee diduga setuju untuk mengambil paket yang terdiri dari 15 sesi potong rambut, 15 sesi pewarnaan rambut, dan 10 sesi perawatan kulit kepala. Ia mengaku baru diberi tahu tentang paket dan biaya perawatan rambut tersebut saat proses pembayaran.
Ia bercerita, "Staf (salon) tidak menyebutkan paket dan biaya terkait dari awal hingga akhir, dan hanya menjelaskan paket dan diskon terkait saat pembayaran, mengatakan bahwa itu dapat dibayar dalam dua kali angsuran."
"Saya pikir itu sangat mahal, tapi baterai ponsel saya lemah, dan ada tamu lain di belakang saya. Saya membayar setengah dari tagihan, 941 dolar Singapura (hampir Rp10 juta), dengan 'bingung.' Semakin saya memikirkannya ketika sampai di rumah, semakin saya merasa itu salah. Karena saya merasa ditipu, saya memberi tahu keluarga saya tentang hal itu," ia menuturkan.
Tanda terima pembayaran yang diunggah menunjukkan Lee membayar 760 dolar Singapura (sekitar Rp8 juta), 91 dolar Singapura (sekitar Rp965 ribu), dan 90 dolar Singapura (sekitar Rp954 ribu) dalam tiga transaksi terpisah. Lee menuduh staf salon mengatakan bahwa voucer CDC, voucer diskon dari pemerintah Singapura, dapat digunakan untuk mengimbangi biaya paket.
Namun, setelah mengatakan akan menggunakan voucer senilai 95 dolar Singapura (sekitar Rp1 juta-an), ia rupanya diberitahu bahwa salon tidak menerima jumlah tersebut. Perlakuan ini membuatnya makin merasa ditipu pihak salon.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Protes ke Salon
Keponakan Lee, yang tampaknya juga berkecimpung di industri tersebut, merasa bahwa praktik di salon itu tidak masuk akal. Ia kemudian mendatangi salon atas nama pamannya untuk mengonfirmasi hal-hal yang dianggap memberatkan pelanggan.
Adu mulut pun pecah dan polisi dipanggil. Video pertengkaran verbal antara pelanggan, keponakannya, dan pemilik salon itu akhirnya beredar secara online.
Advertisement
Minta Pengembalian Dana
Kedua belah pihak bahkan terlihat berdebat di depan petugas polisi. Pihak berwajib terlihat membujuk kedua belah pihak untuk tenang. Pemilik salon lalu berkata, "Jika ingin menggugat, silakan."
Lee mengatakan, ia bersedia membayar sekitar 180 dolar Singapura (sekitar Rp1,9 juta) untuk biaya kunjungan ke salon hari itu. Namun, ia meminta pihak salon mengembalikan sisa uang yang telah dibayarkan untuk paket perawatan rambut tersebut. Lee juga mengatakan telah mengajukan pengaduan ke Asosiasi Konsumen Singapura.
Wanita pemilik salon tersebut mengatakan bahwa Lee bukanlah anak kecil dan tidak menderita demensia, jadi ia tahu paket perawatan apa yang diambilnya. Lee dikatakan memotong rambut setiap dua minggu dan memiliki kebiasaan mewarnainya setiap beberapa bulan, karena itu staf salon memperkenalkan paket perawatan tersebut terhadapnya.
Pengakuan Pemilik Salon
Pemilik salon juga mengatakan bahwa karena ia tahu Lee tinggal di dekatnya, ia menawarinya 15 sesi dengan harga 13 sesi saja. Mengenai voucer CDC, ia mengklarifikasi bahwa memang tidak mendapatkan kredit di tempat karena baru menerima pembayaran pada hari berikutnya.
Ketika Lee kembali malam itu untuk meminta pengembalian dana, hal-hal yang dikatakan "menusuk" telinga pelanggan lain yang berada di sana saat itu. Si pemilik mengatakan Lee mengucap akan membuat salonnya "populer, dan ini dikatakan ketika ada pelanggan lain di sekitar pada waktu itu."
Pemilik mengatakan, jika Lee bernegosiasi dengan nada lebih ramah pada hari pembelian paket, kondisinya mungkin akan berbeda. Ia juga mengatakan uang yang telah dibayarkan untuk paket tidak akan dikembalikan, tapi tidak akan mengejar jumlah yang tersisa.
Si pemilik salon juga mengaku bersedia mengizinkan pertukaran produk dan layanan dengan nilai yang sama di salon, juga menyambut Lee kembali ke salonnya. Namun, ia merasa Lee mungkin terlalu malu untuk kembali.
Advertisement