Harga Tahu dan Tempe Boleh Naik, Yana Mulyana Minta Perajin Tak Mogok

Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengimbau agar perajin tahu dan tempe tidak mogok produksi.

oleh Dikdik RipaldiHuyogo Simbolon diperbarui 17 Feb 2022, 07:00 WIB
Perajin kedelai di sentra industri tahu Cibuntu, Kota Bandung, mulai mogok produksi hari ini, Jumat (28/5/2021). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengimbau agar perajin tahu dan tempe tidak mogok produksi. Lebih baik harga naik, mengingat tahu dan tempe adalah makanan yang dicari banyak masyarakat.

"Operasional saja kayak biasa, jangan mogok karena tahu dan tempe kan makanan kita juga," katanya di Bandung, Rabu (16/2/2022).

Adapun kenaikan harga kedelai ini memantik rencana para perajin tahu tempe untuk mogok produksi. Sebelumnya, sempat disampaikan oleh produsen yang tergabung dalam Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Daerah Jawa Barat.

Mogok produksi rencananya digelar serentak selama tiga hari dari 21-23 Februari 2022.

"Itu mah kebijakan mereka lah (mogok), kita coba di hulunya sisi suplainya. Makanya kami hadir ke sisi distributornya meyakinkan stoknya ada enggak," ujar Yana.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Dipicu Gagal Panen

Perajin memproduksi tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dengan memperkecil ukuran tempe dan menaikan harga jual kisaran Rp1.000 - Rp2.000 per potong. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Yana mengungkapkan, kenaikan harga kacang kedelai di Kota Bandung merupakan imbas dari gagal panen di negara penghasil seperti Brasil.

Merujuk informasi yang didapat dari sejumlah distributor, kata dia, gagal panen itu menyebabkan produksi menurun. Hal ini menyebabkan harga internasional pun menanjak.

"Ada beberapa daerah penghasil kedelai, Brasil, dan Amerika, ada sedikit gagal panen sehingga produksinya berkurang," ujarnya.

Saat ini, stok kedelai disebut masih tersedia meski jumlahnya terbatas. Menurut informasi yang diterima Yana, kini sudah ada pembelian ratusan ribu ton kacang kedelai di tingkat asosiasi Jakarta.

"Sekarang ini di asosiasinya di Jakarta ada 140 ribu ton dalam perjalanan. Sudah ada pembelian itu mungkin dalam waktu dekat ada 160 ribu ton juga. Jadi stok mah aman, tapi tadi harga internasional sedang naik," katanya.

Dari pembelian tersebut, Yana mengaku belum menerima jumlah yang akan dialokasikan ke Kota Bandung. Tapi Pemerintah Kota Bandung akan segera meminta subsidi khusus dari Kementerian Perdagangan guna menstabilkan harga.

"Dalam waktu dekat saya minta dinas terkait untuk membuat surat ke kementerian. Mudah-mudahan kita bisa ada perlakuan khusus, apakah itu subsidi, seperti minyak goreng lah," ujarnya.


Kenaikan Diprediksi hingga Mei

Pekerja pembuatan tahu menunjukkan kedelai di kawasan Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (15/2/2022). Produsen tahu tempe akan menggelar aksi mogok produksi massal pada 21-22 Februari mendatang disebabkan kenaikan harga kedelai hingga mencapai Rp 11.200/kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung memprediksi kenaikan harga kacang kedelai akan bertahan hingga Mei mendatang.

Kepala Bidang Distribusi Perdagangan Disdagin Kota Bandung, Meiwan Kartiwa mengatakan, harga diperkirakan akan mulai turun pada bulan Juli mendatang.

"Menurut Kemendag (Kementerian Perdagangan), kenaikan ini diperkirakan bisa sampai bulan Mei dan penurunan diprediksi akan terjadi di bulan Juni-Juli. Jadi, kenaikan harga kedelai ini ada di produk akhir seperti tahu tempe," katanya.

Dari amatan Disdagin pada pekan ini terhadap sembilan pasar tradisional di Kota Bandung, di antaranya Pasar Astanaanyar, Cihaurgeulis, Ciwastra, Kiaracondong, Kosambi, Pasar Baru, dan lainnya, harga persatu kilogram menyentuh Rp12.500. Padahal, pada Desember lalu hanya Rp9.000 perkilogram.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya