Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan bahwa masih banyak investor asing yang menanamkan modalnya ke Indonesia. Selain itu, ia memastikan bahwa investasi asing tersebut tidak hanya dikuasai negara saja.
"Saya ingin menepis investasi dikuasai negara tertentu," kata Bahlil dalam acara Penghargaan Capaian Realisasi Investasi Tahun 2021 kepada Kepala Daerah, Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Beberapa diantaranya Amerika Serikat dan Swiss yang menjadi negara-negara baru yang menanamkan modalnya di Tanah Air.
"Data kita, realisasi tahun 2021 ada kolaborasi antara Asia Tenggara, China, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Amerika hingga Swiss, ini sudah campur-campur," sambungnya.
Bahlil mengatakan sejak UU Cipta Kerja diundangkan, para investor dari berbagai negara memberikan respon positif. Bahkan Amerika Serikat masuk ke dalam 4 besar negara dengan nilai investasi sebesar USD 2,53 miliar. Selain itu, beberapa waktu lalu telah diteken kontrak investasi dari Amerika Serikat senilai USD 15 miliar dolar.
Begitu juga dengan Eropa. Sebelumnya hanya Belanda yang menanamkan investasi di Indonesia. Namun tahun 2021, Swiss masuk dalam daftar negara yang berinvestasi di Indonesia dengan nilai investasi USD 599,8 juta.
"Eropa dulu hanya Belanda saja, sekarang tahun 2021 masuk Swiss," kata Bahlil Lahadalia.
Dia juga menyebutkan, posisi China sebagai negara investor terbesar kedua di Indonesia kini telah digeser Hong Kong. Saat ini China berada di urutan ketiga dengan nilai total investasi sekitar USD 3,16 miliar. Sedangkan Hong Kong nilai investasinya mencapai USD 4,6 miliar.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Urutan Pertama
Sementara itu urutan pertama negara dengan investasi terbesar di Indonesia yakni Singapura. Nilai investasinya mencapai USD 9,39 miliar. Namun, menurut Bahlil besarnya investasi dari Singapura tidak berarti hebat. Mengingat perusahaan yang ada di Singapura tersebut berasal dari berbagai negara lain yang mengembangkan bisnisnya di negara Singa tersebut.
"Singapura tetap nomor 1 karena dia ini negara bagi negara-negara lain. Jadi Singapur ini bukan berarti hebat-hebat banget, Indonesia juga hebat," ungkapnya.
Beragamnya investasi yang masuk tersebut menunjukkan Indonesia sebagai negara yang menganut asas ekonomi bebas aktif. Artinya, negara memiliki kemampuan dan kewenangan sendiri dalam menentukan demokrasi ekonominya, sebagaimana tercantum dalam sila keempat pancasila.
"Di sila keempat pancasila ada demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Saya punya istilah, kalau negara dari langit juga turun mau investasi ya akan kita melayani sebaik-baiknya," kata dia mengakhiri.
Anisyah Al Faqir
Advertisement