Liputan6.com, Brussel - Komisi Eropa pada Selasa (15/2) menetapkan rencana pembangunan satelit komunikasi senilai 6 miliar euro atau setara dengan Rp 97,4 triliun.
Pembangunan itu merupakan bagian mengurangi ketergantungan Uni Eropa pada perusahaan asing dan melindungi layanan komunikasi utama dan data pengawasan terhadap segala gangguan dari luar.
Baca Juga
Advertisement
Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kemajuan militer Rusia dan China di luar angkasa dan lonjakan peluncuran satelit, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (17/2/2022).
Operator komersial seperti SpaceX milik Elon Musk dan jaringan Starlink miliknya yang bertujuan untuk meluncurkan puluhan ribu satelit untuk memasok wifi berbasis ruang angkasa global juga telah berkontribusi pada populasi satelit yang tumbuh cepat meskipun banyak menghasilkan puing-puing.
"Infrastruktur konektivitas baru kami akan memberikan akses internet berkecepatan tinggi, berfungsi sebagai cadangan untuk infrastruktur internet kami saat ini, meningkatkan ketahanan dan keamanan dunia maya kami, dan menyediakan konektivitas ke seluruh Eropa dan Afrika," kata Kepala Industri Uni Eropa Thierry Breton dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Konektivitas Canggih
Proposal UE bertujuan untuk membangun dan mengoperasikan sistem konektivitas canggih berbasis ruang angkasa, membantu melawan ancaman siber dan elektromagnetik dan meningkatkan ketahanan infrastruktur telekomunikasi Uni Eropa.
Biaya 6 miliar euro akan ditopang melalui kontribusi dari Uni Eropa sebesar 2,4 miliar euro dari 2022 hingga 2027, anggaran Uni Eropa, negara-negara Uni Eropa, Badan Antariksa Eropa dan investasi swasta.
Uni Eropa bertujuan untuk meluncurkan program tahun depan.
Advertisement