Ikuti Jejak Tesla, Perusahaan di Kanada Genggam Bitcoin

KPMG Kanada menolak untuk mengungkapkan berapa jumlah Bitcoin dan Ethereum yang mereka beli.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 17 Feb 2022, 11:48 WIB
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan akuntansi raksasa di Kanada KPMG telah membuat alokasi pertama aset kripto ke dalam perbendaharaan perusahaannya. 

Perusahaan swasta itu mengatakan pada Senin, 14 Februari 2022 memperoleh Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) di neraca melalui layanan eksekusi dan penyimpanan Gemini Trust Company.

Meskipun begitu, KPMG Kanada menolak untuk mengungkapkan berapa jumlah bitcoin dan ethereum yang mereka beli.

Perusahaan yang berbasis di Toronto, Kanada itu membentuk komite tata kelola untuk mengawasi dan menyetujui alokasi perbendaharaan, yang mencakup penilaian risiko dan peninjauan implikasi pajak dan akuntansi.

“KPMG di Kanada bullish pada crypto assets, kami percaya mereka ada di sini untuk tinggal, dan kami akan mempertimbangkan peluang investasi inovatif lainnya di masa depan,” juru bicara KPMG, Kanada Roula Meditskos, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (17/2/2022). 

Dalam siaran pers, Kareem Sadek, mitra penasihat aset kripto dan layanan blockchain di KPMG Canada, mencatat telah berinvestasi dalam praktik kripto yang kuat dan akan terus meningkatkan serta membangun kemampuan di seluruh keuangan terdesentralisasi (DeFi), Non Fungible Token (NFT) dan metaverse.

Dengan alokasi tersebut, KPMG bergabung dengan jajaran perusahaan besar yang memegang kripto di neraca mereka. Grup ini mencakup perusahaan perangkat lunak MicroStrategy (MSTR), raksasa mobil listrik Tesla (TSLA) dan perusahaan pembayaran Square (SQ).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tesla Tetap Pegang Bitcoin meski Alami Rugi

Ilustrasi bitcoin (Foto: Vadim Artyukhin/Unsplash)

Sebelumnya,Tesla Inc milik orang terkaya di dunia, Elon Musk terkena imbas kegilaan kripto seiring akhir-akhir ini pergerakan volatilitas bitcoin menyebabkan kerugian cukup besar.

Produsen kendaran electric vehicle melaporkan kinerja tahunan kepada Securities anda Exchange Commission kalau membukukan kerugian sebesar USD 101 juta atau sekitar Rp 1,44 triliun (asumsi kurs Rp 14.345 per dolar AS) imbas kehilangan dana dari investasi atas bitcoin.

Sejatinya penyusutan keuangan perusahaan karena masalah akuntansi yang kurang baik. Namun, hal ini tidak terlalu memperngaruhi kesehatan keuangan Tesla secara keseluruhan.

Berdasarkan dokumen ke SEC, Tesla masih memiliki sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 28,69 triliun bitcoin di neraca keuangannya.  Perusahaan di bawah pimpinan Musk ini mencatat laba sebesar USD 128 juta dari investasi bitcoin hasil penjualan beberapa kepemilikan pada Maret 2021.

Saham Tesla (TSLA) naik 2 persen pada Senin pagi, 7 Februari 2022. Kendati demikian, saham jatuh lebih dari 10 persen pada 2022 lantaran investor beralih dari saham teknologi ke sektor-sektor yang berorientasi pada nilai seperti pertamabagan dan minyak.

Pada Senin, 7 Februari 2022, harga bitcoin menguat  4 persen ke level USD 43 ribu. Sayangnya, untuk tahun ini bitcoin sudah susut 7 persen dan anjlok 40 persen dari harga tertinggi di bawah USD 69 ribu pada November.

 

 


Investasi Awal Tesla

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Tesla melakukan investasi awal  sebesar USD 1,5 miliar dalam bitcoin pada awal 2021. Musk sering membuat cuitan tentang dukungannya terhadap aset kripto teratas (bitcoin) serta mata uang meme yang lebih kecil lainnya seperti dogecoin.

Dukungan lainnya atas aset kripo yakni dengan Tesla menerima bitcoin sebagai pembayaran untuk mobil listriknya tahun lalu. Namun, tidak bertahan lama dan berbalik arah pada Mei menyusul penolakan dari kritik atas penambangan bitcoin yang membutuhkan energi besar yang tidak bagus untuk lingkungan.

Namun, Tesla terus bullish pada bitcoin dan kripto lainnya.

"Kami percaya pada potensi jangka panjang aset digital baik sebagai investasi dan juga sebagai alternatif likuid untuk uang tunai," ujar Tesla dalam pengajuan SEC, mengutip laman CNN, ditulis Minggu, 13 Februari 2022.

Tesla menambahkan seperti halnya investasi dan konsistentensi adalah cara perusahaan mengelola kas berbasis fiat dan akun setara kas.

Perusahaan mencatat dapat menambah atau mengurangi kepemilikan aset digital kapan saja sesuai kebutuhan bisnis dan prespektif Tesla, pasar dan kondisi lingkungan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya