Liputan6.com, Jember - Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, motif Nurhasan mangajak pengikutnya di padepokan Tunggal Jati Nusantar berendam di Pantai Payangan adalah berdasarkan keyakinannya dan dari buku mantra gurunya yang sudah meninggal.
“Buku- buku tersangka Nurhasan setelah menggeledah padepokan atau rumahnya sudah kami sita. Sedangkan sosok guru yang disebut telah mengajari tersangka ternyata sudah lama meninggal dunia,”ujar Hery Purnomo, Kamis (17/2/2022).
Advertisement
Kata Hery, dalam buku mantra itu, beredam di pantai Selaatan diyakini dapat menghilangkan segala penyakit, menangani masalah ekonomi, masalah keluarga dan sejumlah masalah lainya.
Selama ini tersangka Nurhasan melakukan aktivitas kelompok Tunggal Jati Nusantara itu, dengan cara menggabungkan dari segi keagamaan dengan aspek ritual yang diyakini dari buku mantra yang dimilikinya tersebut.
"Penggabungan ini yang saat ini masih terus kami dalami dalam penyidikan selanjutnya. Sebab penggabungan keagamaan dan ritual ini semacam memiliki aliran kepercayaan sendiri. Untuk itu akan kita lihat lagi selanjutnya,”tambah Hery
Kelompok Tunggal Jati Nusantara didirikan sejak 2014 usai nurhasan pulang dari merantau sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Sejak memiliki pengikut, nurhasan melakukan ritual bernuansa klenik.
Iuran Rp 20 Ribu Perbulan
Para pengikutnya diminta untuk membayar iuran rutin Rp20 ribu per bulan, dan nominal yang sama diberlakukan saat ada kegiatan di luar kegiatan padepokan.
“Setiap ritual yang ada ditujukan untuk mengatasi masalah dari masing-masing anggota yang latar belakang problemnya berbeda-beda,” pungkas Hery
Kini Nurhasan setelah ditetapkan sebagai tersangka dan harus mendekam di tahanan Mapolres Jember, untuk mempertangung jawabkan perbuatanya tersebut. Penahanan terhadap Nurhasan ini guna untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut.
Nurhasan dijerat pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan seseorang meninggal dunia, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Advertisement