Kenaikan Suku Bunga AS Dinilai Wajar, BI: Diperkirakan 4 Kali

BI menilai wajar langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang bakal melakukan normalisasi kebijakan moneter, salah satunya dengan menaikan suku bunga.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 17 Feb 2022, 09:50 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mewajari ancang-ancang bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang bakal melakukan normalisasi kebijakan moneter, salah satunya dengan menaikan suku bunga.

"Bank sentral Amerika sudah akan melakukan normalisasi dan menaikan suku bunga kebijakannya. Bank Indonesia memperkirakan empat kali, pasar memperkirakan lima kali," kata Perry dalam side event Presidensi G20 Indonesia, Kamis (17/2/2022).

Perry lantas memaparkan, langkah apa saja yang harus dilakukan agar proses normalisasi ini dapat berjalan baik, dan tetap mendukung pemulihan bersama ekonomi global.

Menurut pandangannya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, perlunya proses normalisasi kebijakan, khususnya dari negara-negara maju dilakukan dengan kalibrasi yang tepat, direncanakan dengan baik, dan dikomunikasikan dengan baik.

"Dalam hal ini tentu saja pasar bisa memahami. Sekarang pun sebelum Fed Funds Rate increase, kita juga melihat kenaikan suku bunga yield US treasury, dan karenanya sudah di-price in, direfleksikan dalam perkembangan suku bunga dunia, termasuk yield SBN dan perkembangan nilai tukar," bebernya.

"Well calibrated, well planned, well communicated. Normalization proses perlu dilakukan oleh semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang," tegas Perry.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Daya Tahan Negara Berkembang

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, bagaimana memperkuat daya tahan atau resiliensi dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia agar dampak normalisasi proses dari negara maju itu tetap bisa mendukung stabilitas dan pemulihan ekonomi domestik.

"Di sini lah perlunya bauran kebijakan secara nasional maupun bauran kebijakan dari bank sentral. Kita beruntung di Indonesia, bahwa koordinasi antara pemerintah dengan Bank Indonesia, KSSK, dan semua pihak sangat baik," ungkapnya.

"Tidak hanya dalam percepatan vaksinasi, tapi juga policy-policy fiskal, moneter, KSSK secara baik," tandas Perry.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya