Liputan6.com, Jakarta Menjaga daerah perbatasan menjadi salah satu hal penting bagi sebuah negara. Pasalnya, ada saja kasus yang didapatkan di daerah perbatasan, salah satunya ialah masuknya imigran ilegal. Tentu saja masuknya imigran ilegal bisa saja menjadi membahayakan keamanan negara.
Anggota keamanan seperti tentara juga kerap ditempatkan di daerah perbatasan demi mengontrol keamanan negara. Tak hanya itu saja, biasanya tentara atau polisi perbatasan juga mengandalkan anjing penjaga untuk mendeteksi ataupun menangkap imigran ilegal.
Baca Juga
Advertisement
Namun, hal berbeda justru dilakukan oleh polisi perbatasan di China. Pasalnya, polisi di tempatkan di kabupaten Longzhou yang berada di sepanjang perbatasan China dan Vietnam memilih menandalkan angsa. Dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Kamis (17/2/2022) polisi perbatasan China ini menggunakan angsa sebagai bagian dari senjata untuk mendeteksi dan menangkap imigran ilegal.
Angsa-angsa yang diandalkan untuk mencegah imigran ilegal ini pun diketahui mulai dilakukan sejak awal 2021 lalu. Hal ini dilakukan sebagai stategi serta sikap China dalam mencegah penyebaran COVID-19 di daerah perbatasan. Untu itu pula, patroli yang dilakukan memainkan peran yang cukup besar.
Andalkan angsa jaga perbatasan di daerah teluk
Di Longzhou, sebuah kabupaten di Provinsi Guanxi, merupakan kabupaten yang berbatasan langsungdengan Vietnam. Perbatasan tersebut membentang sepanjang 184 kilometer di darat dan 22 kilometer di perairan. Banyaknya jalur yang bisa dilewati oleh para imigran ilegal ini pun membuat polisi harus benar-benar mengawasi dengan ketat.
Pada Juni 2021 lalu, Longzhou menjajal untu melakukan pengujian angsa sebagai bagian dari stratego kompleks mencegah imigrasi ilegal. Hasil dari uji coba tersebut dilaporkan cukup positif. Bahkan, angsa-angsa tersebut terbukti jauh lebih waspada dan sensitif terhadap suara-sura yang tidak biasa dibandingkan anjing.
Tim patroli bahkan kembali melakukan kontrol di perbatasan menggunakan angsa pada September 2021. Tim patroli pun mengandalkan dua ekor angsa serta satu anjing saat menjalani patroli di perbatasan. Angsa-angsa ini pun lebih sering dibawa berkeliling untuk melakukan kontrol di daerah teluk.
Advertisement
Lebih sensitif terhadap suara
Desa di kota dan kabupaten Longzhou diketahui dikelilingi oleh pegunungan tinggi, hutan lebat hingga banyaknya jaring laba-laba. Hal ini pun menjadi akses mudah bagi pada imigran ilegal untuk menyelinap.
Namun, adanya angsa yang bertugas untuk patroli disebut efektif mencegah imigrasi ataupun penyelundupan barang dan satwa liar. Agen pengawas perbatasan lokal yang ditempatkan di Naguan, menyebutkan jika angsa sangat sensitif terhadap suara.
“Mereka akan berteriak ketika ada sedikit gangguan, dan mereka akan berteriak lebih keras ketika mereka melihat orang asing.” ujar Li Fei.
Saat ini ada sekitar 400 anjing dan 500 angsa yang tersebar di lebih dari 300 pos pemeriksaan pencegahan dan pengendalian epidemi perbatasan.