Menkes Budi Harap Indonesia Selaraskan Standar Prokes dengan Uni Eropa

Penyelarasan standar protokol kesehatan (prokes) dengan negara-negara Uni Eropa.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Feb 2022, 08:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberikan santunan kepada tenaga kesehatan yang gugur dalam penanganan COVID-19 di Gedung Kementerian Kesehatan Jakarta pada Senin 19 April 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berharap Indonesia dapat menyelaraskan standar protokol kesehatan (prokes) dengan negara-negara Uni Eropa. Dalam hal ini, integrasi prokes satu dokumen ataupun aplikasi prokes masing-masing negara, seperti PeduliLindungi.

Salah satu integrasi prokes yang telah dilakukan Indonesia, yakni dengan Arab Saudi. Demi kelancaran pelaksanaan umrah dan haji, Indonesia upayakan melakukan integrasi Siskohat dengan aplikasi PeduliLindungi, serta aplikasi Tawakkalna, sehingga identifikasi atas status vaksinasi jemaah dapat dilakukan dengan mudah.

"Pada Presidensi G20, Indonesia ingin mengusulkan, bahwa kita perlu menyelaraskan standar protokol kesehatan global. Indonesia sudah mulai bekerja sama dengan Arab Saudi," tutur Budi Gunadi saat rangkaian acara G20, High Level International Seminar: Strengthening Global Health Architecture di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Kamis (17/2/2022).

"Saya juga selaku Ketua Menteri Kesehatan se-ASEAN. Kami mulai melakukannya (integrasi dengan Arab Saudi) dengan menggunakan teknologi. Mudah-mudahan, kami juga bekerja sama dengan Uni Eropa, menggunakan teknologi masing-masing. Saya harap nantinya dapat kami lakukan secara global (integrasi standar prokes antar negara di dunia)."

Sembari bercerita pengalaman pribadi, menurut Budi Gunadi, standar prokes di tiap negara yang berbeda-beda cukup membingungkan. Ketika pergi ke satu negara, wajib tes PCR, dokumen vaksinasi, karantina. Pergi ke negara lain, lain lagi peraturan prokesnya.

"Kita lihat masuk ke negara lain, peraturannya berbeda. Nah, bisakah kita melakukan sesuatu yang sama, seperti proses imigrasi? Bahwa setiap negara yang Anda datangi, Anda cukup memiliki satu dokumen yang disebut paspor," imbuhnya.

"Anda memiliki satu prokes untuk diproses di imigrasi dan itu mulus. Saya percaya, kita harus melakukan hal yang sama dengan memanfaatkan teknologi."


Bangun Hub Manufaktur dan Riset Global

Ilustrasi Laboratorium - Image by RAEng_Publications from Pixabay

Sebagai tuan rumah Presidensi G20 2022, Indonesia juga mengusulkan pembangunan pusat (hub) manufaktur dan riset Global. Jika pandemi melanda suatu negara, terkadang negara tersebut bisa runtuh.

"Anda tahu hub manufaktur global dan riset. Kami sangat berkomitmen membangun hub manufaktur global, terutama sumber daya," Budi Gunadi Sadikin menambahkan.

"Terlebih, saya 30 tahun lamanya, sebagai seorang bankir. Saya melihat lebih banyak krisis ekonomi global yang dimulai di keuangan. Kemudian merambah krisis global yang dimulai di sektor kesehatan."

Pada tahun 1998 saat baru menjadi bankir junior, Menkes Budi Gunadi menceritakan, tahun itu adalah pengalaman mengalami krisis ekonomi pertama dan terbesar di Indonesia. Butuh 5 tahun untuk pulih dan Indonesia ternyata bisa.

"Sekarang, krisis pandemi COVID-19 ini dimulai di sektor kesehatan, tetapi kita bisa belajar. Selama krisis, kita ada peluang untuk reformasi. Contohnya, reformasi terbesar dalam sistem politik Indonesia terjadi pada tahun 1998 saat krisis, yakni reformasi sektor perbankan dan keuangan," ucapnya.

"Semoga kita dapat membangun kembali Arsitektur Kesehatan Global yang lebih kuat. Dan saya butuh bantuan Anda sekalian (negara-negara G20)."


Infografis Pelaku Perjalanan Luar Negeri Boleh Tes Covid-19 Pembanding

Infografis Pelaku Perjalanan Luar Negeri Boleh Tes Covid-19 Pembanding. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya