Busui Perlu Diet Enggak Sih? Jawaban Ahli Gizi Ini Mencengangkan

Diet usai melahirkan atau saat ibu menyusui sebenarnya tidak selalu diperlukan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 19 Feb 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi ibu menyusui.

Liputan6.com, Jakarta Penambahan berat badan dan perubahan bentuk tubuh saat mengandung memang terkadang membuat ibu merasa gundah gulana. Keinginan untuk melakukan diet pun mungkin bermunculan.

Namun, seorang ahli gizi yang aktif di media sosial Instagram dalam akun @rizalnutritionist, Mochammad Rizal, mengatakan, diet usai melahirkan atau saat ibu menyusui (busui) sebenarnya tidak selalu diperlukan.

Rizal menjelaskan bahwa kalori yang terdapat pada air susu ibu (ASI) ada sekitar 70 kkal atau 100ml. Sedangkan busui akan membakar sekitar 85 kkal untuk setiap 100 ml ASI yang dihasilkan.

"Produksi ASI 600-700 ml per hari, yang mana bisa bantu bakar ekstra kalori 510-640 kkal per hari tanpa harus ngapa-ngapain," ujar Rizal pada Health Liputan6.com, Jumat, 18 Februari 2022.

"Itu sudah setara dengan angka penurunan kalori yang direkomendasikan untuk program turun berat badan," Rizal menambahkan.

Dijelaskan pria yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Nutritional Science Cornell University, Amerika Serikat, apabila pola makan yang dilakukan busui sudah benar, tanpa perlu melakukan diet pun berat badan sebenarnya bisa turun saat dibarengi dengan pemberian ASI.

"ASI eksklusif penting bagi perkembangan bayi, dan zat gizi dari ASI tentu didapatkan dari asupan ibu. Jika asupan ibu baik maka kualitas ASI juga baik, dan sebaliknya," kata Rizal.

Rizal menyarankan untuk meminum air dengan cukup yakni sekitar tiga sampai 3,5 liter per harinya. Serta, menambahkan asupan protein untuk sehari-hari.

"Protein juga harus cukup. Secara umum, tambahan protein yang diperlukan ibu melahirkan atau menyusui kurang lebih 20 gram, ini tambahannya ya," ujarnya.


Bagaimana dengan defisit kalori?

Terkait defisit kalori sendiri, Rizal mengungkapkan bahwa cara satu ini masih boleh untuk dilakukan. Asalkan defisit kalorinya tidak terlalu ekstrem. Mengingat hal ini juga dapat mempengaruhi kualitas ASI busui. 

"Apabila ingin melakukan program penurunan berat badan dengan defisit kalori, usahakan tidak terlalu ekstrem," kata Rizal.

Apabila defisit kalori yang dilakukan terlalu ekstrim, maka kualitas ASI pun dapat terpengaruh. Mengingat bahan bakar untuk memproduksi ASI-nya dapat berkurang.

"Apabila terlalu ekstrem, selain akan berpengaruh terhadap kualitas ASI (karena bahan bakunya kurang), juga akan berpengaruh pada proses recovery si ibu itu sendiri," ujarnya.


Infografis

Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya