Srihadi Soedarsono Wafat, Seniman hingga Kolektor Seni Berduka

Meninggalnya Srihardi mengundang duka bagi kolektor seni yang juga pemilik Galeri Apik Jakarta Raden Rahmat Bastian. Srihadi dalam kenangannya adalah sosok yang luar biasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2022, 16:26 WIB
Pelukis Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo. (Foto: Yayasan Mitra Museum Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta Pelukis Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo meninggal pada usia 90 tahun, Sabtu (26/2/2022), sekitar pukul 05.15 WIB di kediamannya di Bandung.

Pelukis kelahiran 4 Desember 1931 itu disemayamkan di Aula Timur Institut Teknologi Bandung (ITB) dan akan disalatkan di Masjid Salman. Selanjutnya, jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Meninggalnya Srihardi mengundang duka bagi kolektor seni yang juga pemilik Galeri Apik Jakarta Raden Rahmat Bastian. Srihadi dalam kenangannya adalah sosok yang luar biasa. Rahmat yang mengoleksi sejumlah karya seni Srihadi punya kenangan tersendiri terhadap sosok almarhum.

"Dunia seni rupa dunia sangat kehilangan dengan meninggalnya almarhum. Karena karya-karya Prof Srihadi Soedarsono sangat unik, langka dalam goresan dan kombinasi warna pilihannya. Terbukti, karyanya sering diburu kolektor-kolektor maupun art dealer kelas dunia, termasuk saat dilelang di Singapore, Hong Kong maupun New York,” kenang Rahmat, Sabtu (26/2/2022).

Tak hanya Rahmat, pelukis Sumatera Selatan Yarno, juga punya penilaian tersendiri terhadap almarhum. Sebagai sesama seniman, Yarno juga menjadikan sang maestro panutan.

Ia melihat karya Srihadi berkarakter kuat. "Itu tidak terlepas dari pendirian senimannya yang sangat kuat berjalan dijalurnya," kenangnya terhadap sosok almarhum.

 


Beasiswa ICA

Kanjeng Raden Haryo Tumenggung H Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA adalah seorang pelukis Indonesia yang karyanya banyak diburu kolektor dalam dan luar negeri. Karya Srihadi berjudul "Meditasi Bedhoyo Ketawang" pada Juli 2020, berhasil dijual dalam lelang Sotheby's Hong Kong senilai HKD3,5 juta (setara Rp6,4 miliar).

Ia menikah dengan Farida Srihadi, seorang pelukis ulung yang belajar di ITB, Belanda, dan Inggris. Melansir berbagai sumber, Sabtu (26/2/2022), Srihadi pernah diangkat menjadi anggota Tentara Pelajar pada rentang tahun 1945 hingga 1948 sebagai wartawan pelukis yang menciptakan poster-poster untuk Balai Penerangan Divisi IV BKR/TKR/TNI di Solo.

Karier militernya berakhir pada 1948 ketika terjadi rasionalisasi dengan pangkat sersan mayor dan bersekolah lagi di SMA II Surakarta. Pada periode 1947-1952 bergabung dalam Seniman Indonesia Muda di Solo dan Jogjakarta; sejak awal berdiri tahun 1950, sebagai anggota aktif dalam pembentukan Himpunan Budaya Surakarta di Solo. Juga aktif mengikuti pameran-pameran seni rupa di Solo dan Jogjakarta.

Pada 1952, ia mulai memasuki pendidikan seni di Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung). Ia lulus sebagai sarjana seni rupa dan diwisuda pada 1959.

Pada 1960 Srihadi mendapatkan beasiswa dari ICA untuk belajar di Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan kuliah di Ohio State University hingga mendapat gelar master of art pada tahun 1962.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya