Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan Jumat, 18 Februari 2022. Wall street mencatat koreksi dalam dua minggu berturut-turut seiring konflik Rusia-Ukraina membuat investor gelisah.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 232,85 poin atau 0,7 persen menjadi 34.079,18. Indeks S&P 500 tergelincir 0,7 persen menjadi 4.348,87. Indeks Nasdaq melemah 1,2 persen ke posisi 13.548,07. Pada pekan ini, masing-masing indeks acuan tersungkur lebih dari 1 persen.
Ketegangan yang sedang berlangsung antara Rusia-Ukraina terus menekan pasar. The Wall Street Journal melaporkan pejabat AS memperkirakan serangan dari Rusia dalam beberapa hari. Presiden AS Joe Biden akan memindahkan lebih banyak pasukan AS lebih dekat ke Ukraina.
Baca Juga
Advertisement
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan situasinya berada pada “saat bahaya”.
"Investor mengalami kesulitan menahan risiko karena kemungkinan kebuntuan antara Barat dan Rusia pada akhirnya akan menyebabkan konflik darat. Wall Street akan tetap gelisah sampai kita melihat de-eskalasi besar-besaran,” ujar Analis Oanda, Edward Moya dilansir dari CNBC. Sabtu (19/2/2022).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan gas alam turun pada Jumat pekan ini, dan stok energi berkurang. Saham Schlumberger melemah 2,2 persen dan Devon Energy susut hampir 1 persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham di Wall Street
Intel adalah penghambat terbesar di Dow Jones. Saham Intel melemah 5,3 persen. Saham Roku merosot 22,3 persen setelah perusahaan streaming video ini melaporkan kehilangan pendapatan dan mengeluarkan panduan lebih lemah dari perkiraan.
Investor juga bergulat dengan prospek kebijakan the Federal Reserve. Presiden the Fed St Louis James Bullard memperingatkan inflasi bisa lepas kendali tanpa kenaikan suku bunga.
Presiden the Fed New York John Williams mengatakan tidak meliaht alasan kuat untuk mengambil langkah besar di awal, tetapi bank sentral dapat memutuskan nanti untuk mempercepat.
"Apakah itu geopolitik, apakah itu pasar tenaga kerja, apakah itu gangguan pasokan, tidak peduli apa yang Anda lihat, semuanya menunjuk pada inflasi yang terdepan dan tengah," ujar CEO Richard Bernstein Advisors, Rich Bernstein.
Advertisement