Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim, Indonesia sudah kembali masuk dalam jajaran negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country). Hal ini didasari dari data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 tumbuh 3,7 persen year on year.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, coba mengapresiasi pencapaian tersebut. Tapi dengan catatan, status Indonesia sebagai upper middle income country dinilainya masih sebatas hadiah hiburan.
"Tentu kenaikan status Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas perlu diapresiasi, walaupun secara substansial nampaknya baru layak sebagai hadiah hiburan atau consolation prize yang belum menjadi representasi atas perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia," ujarnya, Minggu (20/2/2022).
"Meski demikian, saya ucapkan selamat kepada bapak menteri atas consolation prize ini. Semoga memang bisa menjadi landasan kokoh untuk pemulihan ekonomi ke depan. Lalu diteruskan dengan pertumbuhan yang sustainable dan berkualitas di tahun-tahun mendatang," harapnya.
Adapun pertumbuhan ekonomi 3,7 persen pada 2021 lalu diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp 16.970,8 triliun. Sehingga PDB per kapita mencapai Rp 62,2 juta, atau USD 4.349,5.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masih Belum Normal
Namun, Ronny meminta pemerintah lebih mendalami capaian tersebut, sebelum sesumbar dan berpuas diri dengan status baru Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas.
Nyatanya pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilainya masih belum normal. Sehingga status upper middle income country Indonesia berdasarkan kenaikan pendapatan per kapita belum didukung oleh kualitas pertumbuhan.
"Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagaimana ditunjukan oleh data BPS, sangat ditopang oleh kenaikan tajam di sektor-sektor pendukung pemulihan dari terjangan Covid-19. Yakni sektor kesehatan dan pekerjaan sosial, lalu sektor informasi dan komunikasi," tuturnya.
Advertisement