Ketidakpastian Konflik Rusia-Ukraina Bakal Picu Aliran Dana ke Obligasi AS

Risiko eskalasi konflik Rusia-Ukraina telah menjadi salah satu sorotan utama di pasar.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Feb 2022, 21:45 WIB
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan konflik Rusia dan Ukraina telah menjadi salah satu sorotan di pasar keuangan. Jika ketidakpastian dan volatilitas meningkat akan mendorong aliran dana masuk ke safe haven termasuk surat berharga atau obligasi Amerika Serikat (AS).

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, dalam sebulan ini, risiko eskalasi konflik Rusia-Ukraina telah menjadi salah satu sorotan utama di pasar. Upaya diplomatik berlanjut tetapi Uni Eropa telah menyiapkan sanksi potensial jika Rusia menyerang negara tetangga.

Investor pun telah merespons cepat dan harga minyak konsisten di kisaran USD 94 per barel, level tertinggi sejak 2014. Namun, harga minyak diharapkan stabil karena potensi inflasi.

Lalu bagaimana jika eskalasi terjadi dan apa yang harus diharapkan?

“Jika ketidakpastian dan volatilitas meningkat beberapa hari mendatang, biasanya ini akan mendorong aliran dana kembali ke safe haven seperti US treasury,” tulis Ashmore, dikutip Minggu (20/2/2022).

Pasar pun sudah mulai mencoba price in dengan kemungkinan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Maret 2022 telah turun menjadi 30 persen dari 90 persen pada pekan lalu.

"Ini mungkin menjadi sinyal bank sentral negara berkembang lainnya untuk menunda kebijakan pengetatan. Hal lain yang diharapkan adalah harga minyak tetap tinggi," tulis Ashmore Asset Management Indonesia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Makro Ekonomi Indonesia Bakal Bertahan

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun dua perubahan memiliki dampak netral terhadap makro ekonomi Indonesia. "Di sisi lain, jika kita menghadapi de-eskalasi dari risiko geopolitik maka skenario awal untuk 2022 kenaikan suku bunga, pemulihan pertumbuhan global. Dalam skenario itu, ekonomi makro Indonesia juga telah menunjukkan ketahanan,” tulis Ashmore.

Ashmore Asset Management Indonesia melihat meski ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS, Indonesia mencatat aliran dana asing mencapai Rp 32,5 triliun dalam enam bulan terakhir.

"Aliran dana asing masuk ke saham kapitalisasi besar, dan saham teknologi tematik menunjukkan investor asing terus melihat valuasi meski ada tantangan dari kenaikan harga komoditas," tulis Ashmore.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya