Harga Kedelai Mencekik Leher, Ratusan Perajin Tahu Tempe di Lebak Mogok Produksi

Harga kedelai impor yang makin mencekik, membuat ratusan perajin tempe dan tahu di Kabupaten Lebak, Banten, berhenti produksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2022, 08:10 WIB
Pekerja pembuatan tahu menunjukkan kedelai di kawasan Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (15/2/2022). Produsen tahu tempe akan menggelar aksi mogok produksi massal pada 21-22 Februari mendatang disebabkan kenaikan harga kedelai hingga mencapai Rp 11.200/kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Banten - Harga kedelai impor yang makin mencekik, membuat ratusan perajin tempe dan tahu di Kabupaten Lebak, Banten, berhenti produksi. Mereka menghentikan produksinya selama tiga hari, mulai hari ini Senin (21/2/2022).   

"Kita sepakat menerima keputusan Puskopti Jakarta untuk melakukan mogok produksi agar pemerintah dapat menstabilkan kembali harga kedelai di pasaran," kata Mad Soleh (55), perajin tahu di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Minggu (21/2/2022).

Aksi mogok produksi tahu tempe secara serentak itu dilakukan di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten selama tiga hari ke depan.

Saat ini, harga kedelai impor di pasaran masih tinggi dengan kisaran antara Rp570 ribu sampai Rp600 ribu per 50 kg, padahal sebelumnya Rp300 ribu per kg. Kenaikan harga kedelai itu tentu membuat pendapatan perajin tahu tempe terpuruk dan terancam gulung tikar.

Bahkan, dirinya kini menjual rugi dan bukan menjual untung, karena memenuhi permintaan pelanggannya yang pedagang bakul. "Kami berharap melalui aksi mogok itu dapat kembali harga kedelai normal," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Terancam Gulung Tikar

Hal yang sama juga dirasakan Sutari (45), warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak. Penjual tempe itu juga mendukung aksi mogok yang dilakukan perajin tahu tempe agar mendapatkan perhatian pemerintah karena hingga saat ini harga kedelai masih tinggi. Bahkan, hampir setiap hari harga kedelai impor di pasaran melonjak, sehingga perajin tempe terancam gulung tikar.

"Kami sendiri kini berjualan tempe merugi akibat tingginya harga kedelai," katanya.

Sementara itu, Ketua Perajin Tahu Tempe Kabupaten Lebak Liri (60) mengatakan, sekitar 450 perajin tahu tempe di daerah ini menghentikan kegiatan produksi selama tiga hari ke depan mulai 21 sampai 23 Februari 2022. Tuntutan para perajin tahu tempe agar harga kedelai kembali normal, sehingga produksi berjalan dan bisa meraup keuntungan.

"Kami minta harga kedelai diberikan subsidi oleh pemerintah seperti tahun 1980-an itu, " katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya