Intip Target Harga Saham SCMA dari CLSA

Saham SCMA tetap menjadi pilihan CLSA Sekuritas seiring kinerja pendapatan didorong usaha digital dan medi

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Feb 2022, 13:27 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor media di Indonesia dinilai berada di jalur pemulihan pendapatan pada 2022. Hal ini seiring pemulihan cepat dalam pengeluaran iklan oleh perusahaan fast-moving consumer goods (FMCG).

Hal tersebut disampaikan dalam riset PT CLSA Sekuritas Indonesia, dikutip Senin (21/2/2022). Meski demikian, CLSA memperkirakan pertumbuhan pendapatan secara industri lebih rendah pada 2022.

“Kami memperkirakan kenaikan biaya dan ruang lingkup yang terbatas untuk rasio pengeluaran iklan industri terus meningkat,” tulis CLSA Sekuritas.

Melihat kondisi itu, CLSA Sekuritas pun memangkas perkiraan pendapatan untuk PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) 3,4 persen pada 2022. Namun, saham SCMA tetap menjadi pilihan CLSA Sekuritas seiring kinerja pendapatan didorong usaha digital dan media.

"Kami tetap menyukai SCMA dengan Vidio menjadi kontributor valuasi yang signifikan,” tulis CLSA.

CLSA menyebutkan pengeluaran iklan atau advertising expenditure (adex) hingga September 2021 dari enam perusahaan FCMG telah pulih ke tingkat sebelum COVID-19. CLSA perkirkaan pertumbuhan adex industri yang lebih rendah pada 2022 karena pertumbuhan pendapatan dan tekanan biaya pada semester I 2022. CLSA berharap rasio adex dapat dipertahankan.

"Kami perkirakan pertumbuhan pendapatan iklan TV single digit untuk SCMA dan MNCN dibandingkan pertengahan 2021. Pertumbuhan pendapatan akan lebih rendah dari 2021,” tulis CLSA.

Untuk SCMA, CLSA menilai platform digital perseroan akan mendorong valuasi. CLSA menilai, SCMA terus membangun inisiatif media baru dan momentum di Vidio.”Kami tetap memilih visibilitas pertumbuhan pelanggan SCMA dan Vidio yang tetap kuat setelah integrasinya ke superapp Grab,” tulis CLSA.

Riset tersebut juga menyebutkan putaran pendanaan baru-baru ini sebesar USD 150 juta atau sekitar Rp 2,14 triliun (asumsi kurs Rp 14.330 per dolar AS) juga memberikan ruang untuk bagi Vidio untuk lebih agresif dalam belanja konten.

Vidio, anak perusahaan yang dimiliki 99,99 persen sahamnya oleh SCMA. PT Vidio dot com, anak usaha SCMA mendapatkan pendanaan USD 150 juta dari Concentricity Pte Ltd, perusahaan investasi yang dikelola Affinity Equity Partners pada November 2021.

Penyertaan modal oleh Concentricity Pte Ltd pada PT Vidio Dot Com berupa penerbitan saham baru sebesar 16,67 persen modal disetor dan ditempatkan dalam PT Vidio Dot Com dengan nilai penyertaan ivnestasi USD 150 juta. Dengan penyertaan modal atau investasi oleh Concentricity Pte Ltd, kepemilikan saham di PT Vidio Dot Com akan berubah dari 100 persen menjadi 83,33 persen.

“Karena Vidio sekarang self-funded, kami melihat SCMA untuk melanjutkan pembayaran dividen 2021. Kelebihan arus kas bebas juga dapat digunakan untuk pembelian kembali saham,” tulis CLSA.

Dengan melihat kondisi itu, CLSA tetap memasang rekomendasi beli untuk saham SCMA. CLSA melihat valuasi Vidio sekarang berkontribusi pada kapitalisasi pasar SCMA saat ini.

Berdasarkan data RTI, kapitalisasi pasar SCMA tercatat Rp 18,93 triliun pada 21 Februari 2022. Meski demikian, CLSA memandang pelanggan dan pertumbuhan valuasi harus terus berlanjut.

“Kami rekomendasikan beli saham SCMA dengan target harga Rp 450,” tulis CLSA.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham SCMA

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Senin (21/2/2022), saham SCMA naik 0,79 persen ke posisi Rp 256 per saham. Saham SCMA dibuka naik dua poin ke posisi Rp 256 per saham.

Saham SCMA berada di level tertinggi Rp 266 dan terendah Rp 254 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.406 kali dengan volume perdagangan 1.524.788. Nilai transaksi Rp 39,6 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya