Kenali Lebih Dini Osteoporosis dan Osteoarthritis

Osteoporosis dan Osteoarthritis merupakan penyakit tulang yang cukup sering didengar di masyarakat, dan kadang sering terjadi salah kaprah.

oleh stella maris diperbarui 21 Feb 2022, 15:57 WIB
Ilustrasi osteoporosis. (Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Osteoporosis dan Osteoarthritis merupakan penyakit tulang yang cukup sering didengar di masyarakat, dan kadang sering terjadi salah kaprah. Kedua penyakit ini banyak terjadi pada usia lanjut dan bila dibiarkan terus menerus, dapat mengganggu kualitas hidup pada lansia. Menurut Spesialis Ortopedi & Traumatologi RS EMC Pulomas, dr. Steesy Benedicta, M.Ked.Klin, Sp.OT, kedua penyakit itu memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadinya penurunan massa tulang dan adanya perubahan susunan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga menyebabkan kerapuhan tulang. Kondisi osteoporosis merupakan suatu “silent disease”, dimana sebagian besar penderitanya sering tidak menyadari adanya masalah, sampai tiba-tiba terjadi suatu insiden yang menyebabkan terjadi patah tulang.

Kondisi osteoporosis meningkatkan risiko terjadinya patah tulang dan insidensinya dapat mencapai 50% yang banyak terjadi pada wanita setelah menopause, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat juga terjadi pada pria. Perlu diketahui juga ada beberapa kondisi yang juga dapat mempercepat terjadinya osteoporosis dini, seperti penggunaan alkohol atau obat-obatan tertentu, beberapa penyakit gangguan pencernaan, penyakit endokrin, penyakit paru.

Sumber : hersafkm.uinsu.ac.id

Risiko patah tulang akibat osteoporisos paling sering terjadi pada adalah tulang belakang, pergelangan tangan, dan pinggul, dimana paling sering adalah akibat kejadian yang ringan seperti terpeleset. Resiko ini juga meningkat pada lansia seiring bertambahnya umur akibat kepadatan massa tulang yang berkurang.

Gambaran radiologi patah tulang belakang akibat osteoporosis (Dok : RS EMC Pulomas)

Sementara osteoarthritis (OA) adalah atau yang lebih dikenal dengan pengapuran sendi, dimana terjadi proses degeneratif (penuaan) pada sendi, ditandai adanya kerusakan tulang rawan dan perubahan proliferatif dari tulang sekitar. Terjadi keretakan pada tulang rawan dan juga adanya pertumbuhan tulang-tulang pada tepi sendi serta penyempitan celah sendi.

Sumber : orthoinfo.aaos.org 

Kejadian OA ini dapat terjadi pada semua sendi, tetapi terutama pada sendi yang banyak menerima weight-bearing (pembebanan berat badan), seperti pinggul, lutut, pergelangan kaki, dan tulang pinggang bawah. Tetapi, tidak menutup kemungkinan sendi-sendi lain juga dapat mengalami penyakit ini, meskipun angka kejadiannya lebih jarang. Penyebab utama dari OA adalah obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan, penuaan, dan terkadang juga akibat adanya trauma pada sendi sebelumnya.

Gejala nyeri sendi awalnya ringan, namun lama kelamaan meningkat perlahan dipicu aktivitas, namun berkurang ketika istirahat. Pada stadium lanjut, nyeri dirasakan juga timbul saat istirahat dan mengganggu tidur. Bila dibiarkan lebih lama, maka nyeri dapat semakin memberat yang akhirnya menimbulkan kekakuan sendi dan gangguan pergerakan yang akan menghambat aktivitas harian.

Pada stadium awal, dengan pemeriksaan radiologi belum tampak tanda pengapuran, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan seperti menjaga ruang gerak sendi dan kekuatan otot, serta mencegah sendi dari ‘overload’ atau beban yang berlebihan, yaitu dengan menjaga berat badan ideal, mengurangi aktivitas berat seperti naik-turun tangga, menggunakan alas kaki dengan bantalan yang tebal, menggunakan alat bantu tongkat.

Gambaran radiologi pengapuran lutut stadium lanjut (Dok : RS EMC Pulomas)

Penatalaksanaan Osteoporosis dan OA

Untuk mendiagnosa osteoporosis, tidak bisa dengan X-Ray biasa, Untuk mendapat hasil yang akurat, pemeriksaan dengan metode DXA (dual energy X-ray Absorptiometry) merupakan suatu gold standard, karena paparan radiasi yang rendah dan aman terhadap pasien. Dilakukan pengukuran pada beberapa tempat yang sering mengalami kejadian patah tulang, yaitu tulang belakang dan pinggul, kadang juga dapat ditambahkan dengan pergelangan tangan. Menurut WHO, seseorang dinyatakan osteoporosis bila T-score dibawah 2,5. T-score adalah nilai massa tulang dibandingkan dengan rata-rata pria dewasa muda.

Salah satu pencegahan osteoporosis dengan mendapat asupan yang cukup dari kalsium dan Vitamin D, meningkatkan aktivitas fisik yang cukup dan terkena paparan sinar matahari, serta menghindari rokok dan alkohol. Pada kasus yang berat, dapat diberikan pengobatan dengan bifosfonat.

Sebagai penanganan, bisa diberikan pengobatan dengan konsumsi kalsium (1000 mg/hr) dan vitamin D (400 IU/hr), bisfosfonat, terapi pengganti estrogen. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kejadian patah tulang.

Pada kondisi bila sudah terjadi patah tulang, ada beberapa pemilihan tata laksana, dimana akan dinilai kembali tingkat aktivitas dan kondisi pasien sebelum terjadi patah tulang. Bila sebelumnya pasien dapat berjalan mandiri, maka pasien diharapkan dapat kembali ke aktivitas seperti sebelumnya dengan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti penurunan massa otot, infeksi paru atau ulcus decubitus akibat berbaring yang lama.

Persiapan pasien sebelum operasi harus dipersiapkan matang, dengan kolaborasi dari beberapa spesialis, seperti dokter penyakit dalam, anestesi, jantung untuk memastikan kondisi pasien geriatri yang maksimal.

Tidak semua kasus patah tulang akibat osteoporosis harus dilakukan operasi dan tidak semua operasi harus mendapat perawatan yang lama. Bila kondisi pasien cukup optimal, maka dapat dilakukan operasi sesuai kondisi patah tulangnya, misal pada patah tulang pinggul, maka dapat dilakukan operasi seperti penggantian sendi pinggul.

Bila kondisi pasien baik dan nyeri dapat teratasi dengan baik, maka satu hari pasca operasi pasien dapat mulai berjalan dengan bantuan walker dan 2-3 hari pasca operasi, pasien dapat kembali ke rumah bila support keluarga memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan baik. Pada kasus seperti patah tulang belakang maupun pergelangan tangan, terkadang tidak memerlukan operasi, bisa hanya dilakukan penggunaan brace atau gips.

Semua pilihan terapi, tentu mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pasien. Tujuan utama pengobatan adalah mengembalikan pasien ke kualitas hidup yang baik.

Penanganan pada pasien pengapuran sendi, berbeda dengan osteoporosis. Pada stadium awal dapat dibantu dengan pemberian obat nyeri ringan sebagai pengurang gejala simptomatik dan modifikasi aktivitas harian. Olahraga yang bersifat aerobik dapat dilakukan rutin dan juga pemberian pijatan ringan. Tujuan dari penanganan lebih dini adalah menghilangkan gejala nyeri dalam jangka waktu lama, menjaga kekuatan otot dan ruang gerak sendi yang baik, melindungi sendi dari beban yang berlebihan, sehingga diperlukan modifikasi aktivitas harian.

Pada tahap yang lebih lanjut, akan terlihat mulai adanya penyempitan celah sendi dan timbulnya pertumbuhan tulang rawan pada tepi sendi. Maka dokter akan mulai melakukan beberapa tindakan intervensi, seperti penanganan nyeri dengan baik dengan suplemen, obat-obatan atau dengan suntikan, maupun tindakan operasi minimal seperti operasi pelurusan kembali sendi, maupun tindakan operasi arthroscopy untuk memperbaiki kerusakan tulang rawan yang masih kecil.

Pada tahap lanjut, dimana pasien mengalami kekakuan sendi dan kehilangan pergerakan serta nyeri yang terus menerus, maka harus dilakukan operasi rekonstruksi seperti penggantian sendi (arthroplasty).

Dengan kemajuan teknik operasi dan rehabilitasi, serta kesadaran masyarakat, maka OA ini dapat dicegah sejak dini agar tidak perlu dilakukan tindakan invasif. Mencegah lebih awal kerusakan sendi dengan menjaga berat badan agar tidak overweight dan bergerak secara rutin serta penguatan otot, dapat membantu mencegah kerusakan sendi.

Tindakan operasi hanya dilakukan pada stadium lanjut, di mana pasien sangat nyeri dan terdapat gangguan aktivitas yang cukup berat. Tindakan operasi seperti penggantian sendi, saat ini sudah cukup canggih dengan sayatan yang cukup kecil, dan waktu pemulihan yang cepat, membuat pasien tidak perlu lama-lama dirawat, sehingga pemulihan dapat dilakukan dirumah dengan bantuan keluarga tercinta.

Gambar : Operasi Total knee replacement pada kasus OA lanjut

Berkaitan dengan penatalaksanaan tersebut, RS EMC Pulomas memiliki tindakan pencegahan maupun pengobatan untuk osteoarthritis dan osteoporosis. Dengan diskusi yang interaktif dengan tim orthopaedi, maka pasien dan dokter dapat berdiskusi mengatai pemberian terapi terbaik dan nyaman untuk pasien.

Pada tahap awal, dengan program rutin untuk mencegah kemungkinan operasi, maka dapat diatur program yang baik sebagai tindakan-tindakan pencegahan untuk mendapat kualitas hidup yang lebih baik.

Pada kasus yang membutuhkan operasi, dengan persiapan operasi yang maksimal dan teknik operasi yang canggih juga, saat ini pasien tidak perlu lagi untuk dirawat lama-lama di rumah sakit. Bila toleransi pasien cukup baik dan keluarga dapat mendukung yang baik untuk perawatan pasca operasi, maka pasien bisa langsung mulai mobilisasi dan kembali ke aktivitas segera.

Jika Anda memiliki penyakit osteoporosis dan OA, dapat segera berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi RS EMC Pulomas, dr. Steesy Benedicta, M.Ked.Klin, Sp.OT.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya