Liputan6.com, Yogyakarta - Perempuan-perempuan Jawa selalu digambarkan sebagai perempuan ayu dan lemah lembut dalam setiap tidak tanduknya. Namun, siapa sangka Kerajaan Mataram pernah memiliki pasukan elite prajurit perempuan.
Dikutip dari berbagai sumber, pada zaman dulu Kerajaan Mataram tidak hanya dijaga oleh para prajurit laki-laki. Namun, ada deretan perempuan perkasa dan ayu yang ikut berperan menjaga keamanan kerajaan hingga mengawal sang raja.
Pasukan elite perempuan Mataram ini dikenal sebagai prajurit estri. Pada umumnya, perempuan-perempuan yang tergabung dalam pasukan ini berasal dari pedesaan.
Baca Juga
Advertisement
Mereka dilatih oleh Pangeran Sambernyawa dan dipimpin oleh Raden Ayu Matah Ati atau Rubiyah. Prajurit estri tidak hanya dilatih ketrampilan bersenjata dan berkuda, tapi juga mahir dalam bidang kesenian dan memiliki aneka keterampilan.
Kemahiran perempuan-perempuan Mataram mambuat prajurit estri disegani dan ditakuti oleh lawan-lawan Kerajaan Mataram. Bahkan, kehebatan prajurit estri diakui oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Daendels.
Ia bahkan terkejut ketika menyaksikan pertunjukan turnamen berkuda yang dilakukan oleh 40 perempuan Mataram. Daendels kagum dengan kepiawaian perempuan-perempuan Mataram dalam menunggang kuda dan menggunakan senjata di atasnya. Mengingat di tanah asalnya, kemampuan itu hanya bisa dilakukan oleh laki-laki.
Prajurit estri Kerajaan Mataram memakai pakaian yang sama dengan pakaian yang biasa digunakan oleh bangsawan laki-laki. Sebagai pasukan elite kerjaan pada saat itu, prajurit estri tentu juga berangkat bersama Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa mempertahankan tanah leluhur mereka dari gempuran penjajah.
Konon ditemukan beberapa jasad mantan prajurit estri yang tewas di medan perang dalam pakaian lengkap keprajuritan Kerajaan Mataram.
Selama perang Jawa berlangsung, banyak panglima perang perempuan yang kerap disebut, seperti Raden Ayu Yudokusumo yang terkenal garang kepada para cukong Pajang dan Nyi Ageng Serang seorang perempuan yang memimpin prajurit estri saat perang Jawa berlangsung.
Penulis: Tifani