Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) melalui BPTU HPT Padang Mengatas melakukan pembinaan peternakan terhadap santri milenial di Padang, Sumatera Barat. Pembinaan ini dalam bentuk manajemen pengelolaan ternak, penyediaan pakan dan tata cara penanaman hijauan pakan ternak.
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menilai pesantren memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) santri yang dapat diberdayakan kemampuannya dalam bidang pertanian, termasuk peternakan.
Advertisement
Apalagi umumnya pondok pesantren memiliki lahan yang luas dan berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian bagi kebutuhan pangan internal pesantren maupun dipasarkan. Selain itu, kehidupan pondok pesantren juga sudah mengakar di masyarakat.
‘’Tentunya akan lebih mudah untuk mendorong dan mengajak masyarakat untuk berusaha meningkatkan perekonomian termasuk di bidang perternakan,” ujar Nasrullah, Senin (21/2) di Jakarta.
Ia menjelaskan, langkah ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 10/Kpts/SM.210/I/05/2019 tentang Pedoman Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian.
Disebutkan bahwa Generasi Muda Pertanian merupakan aset insani yang perlu mendapat prioritas dalam penyusunan perencanaan program pembangunan pertanian supaya menjadi generasi penerus, penggerak dan pelopor yang inovatif, kreatif, profesional, mandiri, mampu bersaing dan berwawasan global.
Nasrullah menilai, perkembangan dukungan teknologi informasi dan penerapannya dalam segala bidang, termasuk bidang pertanian, menjadikan kegiatan pertanian semakin menyenangkan.
"Nah, karena teknologi informasi dan penguasaannya lebih dominan digunakan oleh para pemuda atau para milenial, maka teknologi informasi lebih identik dengan milenial," terang Nasrullah.
Di sisi lain, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga sering menyampaikan bahwa generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang. Peran kaum milenial dalam dunia pertanian akan menempatkan posisi yang berkaitan dengan hilirisasi produk.
"Misalnya digitalisasi produk, pemasaran produk dan promosi produk dari komoditas yang akan dirintis pengembangan usahanya," jelas Nasrullah.
“Kami makin percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Yang tak hanya sekadar bertani atau berternak, juga cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital," lanjut dia.
Sementara itu, Kepala BPTU HPT Padang Mangatas, Dani Kusworo mengatakan santri dan pondok pesantren merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Maka, menurutnya kedua hal itu bisa memberikan kontribusi besar pada pembangunan Indonesia termasuk sektor peternakan.
“Penting untuk menggerakkan potensi besar yang dimiliki pesantren dalam pengembangan pertanian untuk peningkatan produksi pangan dan ekonomi masyarakat,” ucap Dani.
Ia menuturkan, BPTU Padang Mangatas siap mengawal perkembangan hibah sapi dan bibit tanaman hortikultura di dua pesantren, yaitu Pesantren Nurul Yaqin di Kabupaten Padang Pariaman dan pesantren Al Fallah di Kota Padang yang disampaikan Wakil Menteri Pertanian ke Sumatera Barat pada akhir tahun lalu.
BPTU Padang Mangatas juga berkomitmen untuk terus berkontribusi dengan memberikan bibit hijauan pakan ternak berupa rumput jenis odot, pakchong dan legum indigofera, selain itu langsung ikut menanam bibit rumput tersebut dengan para santri.
“Kami kawal supaya mereka dapat berkembang dengan pembinaan berkelanjutan bersama dengan penyuluh pertanian," pungkas Dani.
(*)