Liputan6.com, Jakarta - Angka inflasi Amerika Serikat (AS) di Januari 2022 mencapai 7,5 persen. Angka ini tertinggi selama 40 tahun. Akibat tingginya angka inflasi ini maka otoritas moneter merilis berbagai kebijakan seperti tapering off dan kenaikan suku bunga acuan.
"Inflasi AS ini sudah tinggi, bahkan tertinggi dalam 40 tahun," kata Kepala Pusat Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Abdurahman dalam Diskusi Publik: Kinerja Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi, Jakarta, Senin (21/2/2022).
Kenaikan suku bunga acuan di AS bisa terjadi 5 kali dalam setahun yang akan dimulai pada Maret 2022. "Yang saya kira agak mengkhawatirkan dan kemungkinan besar mengindikasikan percepatan (kenaikan) suku bunga acuan," kata dia.
Selain itu secara historis dampak yang paling signifikan terhadap pasar keuangan global ketika terjadi kontraksi balance sheet The Fed. Diperkirakan ini akan terjadi pada Semester II, tepatnya di bulan September.
Kontraksi tersebut di tahun 2022 dan 2023 diperkirakan lebih masif dibandingkan dengan yang perna terjadi di 2017-2018, bersamaan dengan kenaikan FRR yang tajam. Sehingga harus diantisipasi dampaknya pada gejolak di pasar keuangan, pengetatan likuiditas dan peningkatan cost of fund yang signifikan.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Eropa juga Sama
Tak hanya Amerika Serikat, tekanan inflasi juga terjadi di beberapa negara lainnya seperti Eropa 5,0 persen dan Inggris 6 persen. Sementara itu di Indonesia inflasi masih terjaga rendah di level 2,18 persen. Hanya saja, dari sisi inflasi produsen mengalami peningkatan yang tajam yakni 8,77 persen.
"Inflasi IHK masih rendah sekitar 2 persen tapi inflasi lainnya sudah mendekati 9 persen di Januari. Polanya sama dengan yang terjadi di Eropa, AS hingga China," kata di.
Sehingga, misi utama Indonesia ke depan yakni menekan inflasi karena kenaikan inflasi di Tanah Air bisa menaikkan ongkos produksi. Sebab selama ini gape antara inflasi IHK dan produsen selama ini ditalangi oleh produsen yang kemungkinan nantinya akan ada pola konvergensi dari harga produsen ke konsumen.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement