Liputan6.com, Moskow - Rusia mengakui kedaulatan dari dua daerah separatis Ukraina, yakni Donetsk dan Luhansk. Tindakan Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin itu memicu kecaman dari dunia internasional.
Daerah Donetsk dan Luhanks telah memberontak dari Ukraina sejak 2014. Rusia ikut membantu para separatis.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laporan BBC, Selasa (22/2/22), Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan agar pasukan Rusia masuk ke dua wilayah itu untuk "menjaga perdamaian."
Dalam konferensi pers di televisi, Presiden Putin berkata Ukraina "dibuat" oleh Uni Soviet. Wilayah Ukraina juga dianggap bagian dari tanah Rusia sejak masa lalu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut Rusia sedang mempersiapkan invasi.
"Moskow terus membakar konflik di timur Ukraina dengan menyediakan dukungan finansial dan militer kepada para separatis. Ia juga mencoba membuat sebuah preteks untuk menginvasi Ukraina lagi," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merasa Dicuri
Presiden Putin dalam pidatonya juga berkata bahwa Rusia telah "dicuri" ketika Uni Soviet runtuh pada 1991. Ia pun menuduh Ukraina sebagai "koloni" AS.
Tak sampai di situ, Presiden Putin menyebut Ukraina dikendalikan presiden boneka, dan rakyat tak senang dengan pemerintahan petahana.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung mengadakan pertemuan bersama dewan keamanan nasional. Ia juga berbicara dengan pemimpin Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Daerah Donetsk dan Luhansk berada di timur Ukraina dan berbatasan langsung dengan Rusia. Sebelumnya, Rusia juga sempat mencaplok Semenanjung Krimea yang berada di tenggara Ukraina.
Sementara, pasukan Rusia juga sudah bersiaga untuk "latihan" di Belarusia yang berbatasan langsung di utara Ukraina.
Advertisement