Liputan6.com, Jakarta - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengatakan pertemuan membuat harga minyak turun pada perdagangan hari Senin. Kedua pimpinan negara ini akan bertemu untuk membahas masalah ketegangan Ukraina.
Selain itu, harga minyak dunia juga turun tertekan prospek kesepakatan nuklir antara Iran dengan kekuatan dunia dalam akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Mengutip CNBC, Selasa (22/2/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 73 sen atau 0,8 persen menjadi USD 92,81 pada pukul 02.24 GMT setelah melonjak lebih dari USD 1 ke angka USD 95 di awal perdagangan, level tertinggi sejak Rabu.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 52 sen atau 0,6 persen menjadi USD 90,55 per barel setelah mencapai level tertinggi di USD 92,93 per barel.
Pelaku perdagangan gelisah selama sebulan terakhir di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke tetangganya yaitu Ukraina. Invasi ini diperkirakan dapat mengganggu pasokan minyak mentah.
Namun kenaikan harga minyak dunia telah dibatasi oleh kemungkinan tambahan pasokan lebih dari 1 juta barel per hari minyak mentah dari Iran yang akan membanjiri dunia.
Seorang pejabat senior Uni Eropa pada hari Jumat mengatakan bahwa kesepakatan antara Iran dengan beberapa negara di Eropa akan menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran yang pernah disepakati pada 2015.
Baca Juga
Advertisement
Bisa Tembus USD 100
Analis mengatakan setiap penambahan minyak akan membantu, tetapi harga akan tetap bergejolak dalam waktu dekat karena minyak mentah Iran kemungkinan baru akan kembali akhir tahun ini.
"Ada begitu banyak tekanan secara geopolitik sehingga sulit untuk mengetahui apa jawabannya (pada pergerakan pasar) - dengan Ukraina dan Iran," kata analis komoditas National Australia Bank Baden Moore.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Rusia akan terputus dari pasar keuangan internasional dan ditolak akses ke ekspor utama yang diperlukan untuk memodernisasi ekonominya jika menginvasi Ukraina.
“Jika invasi Rusia terjadi seperti yang telah diperingatkan AS dan Inggris dalam beberapa hari terakhir, Brent berjangka dapat melonjak di atas USD 100 per barel, bahkan jika kesepakatan Iran tercapai,” analis Commonwealth Bank Vivek Dhar mengatakan dalam sebuah catatan.
Advertisement