Minyak Goreng Langka di Papua, Gara-Gara HET?

Kebijakan pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sekaligus memberikan subsidi minyak goreng kini menimbulkan masalah baru.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Feb 2022, 15:10 WIB
Pedagang mengemas minyak goreng di sebuah pasar di Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/11/2011). Bank Indonesia mengatakan penyumbang utama inflasi November 2021 sampai minggu pertama bulan ini yaitu komoditas minyak goreng yang naik 0,04 persen mom. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kebijakan pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sekaligus memberikan subsidi minyak goreng kini menimbulkan masalah baru, yaitu kelangkaan. Salah satunya dialami masyarakat di Papua.

“Kami perwakilan Papua 2 hari melakukan pemantauan terhadap ketersediaan minyak goreng dan juga harga eceran tertinggi di Papua, khususnya di kota Jayapura,” kata Ombudsman Papua Melania, dalam Konferensi Pers “Minyak Goreng Masih Langka”, Selasa (22/2/2022).

Ombudsman Papua, melihat minyak goreng dengan harga subsidi stoknya sangat terbatas dan cepat habis jika telah diterima oleh toko-toko pengecer.

Hal itu dikarenakan, adanya keterbatasan distribusi dari para distributor baik ke toko pengecer untuk mengecerkan ke tokonya masing-masing.

Selain itu, bagi masyarakat yang hendak membeli minyak goreng hanya diperbolehkan membeli maksimal 2 liter saja. Dimana harga 1 liternya Rp 14.000, dan Rp28.000 untuk harga 2 liter. Sementara harga minyak goreng Rp70.000 untuk ukuran per 5 liter.

“Namun, memang karena sangat terbatas jadi begitu kami turun memang tidak ada, stoknya sudah habis yang tersisa hanya stok lama,” ucapnya.

 


Stok Lama

Warga di Salah Satu Super Market di Jember Berebut Minyak Goreng. (Istimewa)

Stok lama minyak goreng di Papua dibanderol dengan harga berkisar antara Rp 20.000 - Rp 24.000 per liter, kemudian Rp40.000 – Rp 44.000 per 2 liter,  dan untuk 5 liter harganya Rp 110.000.

Dampaknya, distribusi minyak goreng yang terbatas ini juga mengakibatkan ketersediaan di pasar-pasar tradisional minyak goreng juga sangat kurang. Sehingga para pedagang hanya menjual stok yang ada.

“Dan belum ada informasi yang jelas juga dari distributor kepada para pengecer untuk bisa untuk bisa menyediakan minyak lagi,” pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya