Ibu Kota Baru di Kalimantan Bikin Was-Was Masa Depan Orangutan

Selain habitat orangutan, ibu kota baru di Kalimantan juga menimbulkan pertanyaan tentang dampak lingkungan secara general.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Feb 2022, 19:15 WIB
Feeding orangutan di Tanjung Harapan, Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan masih berlangsung. Bersama Sumatra, salah satu pulau besar di Indonesia ini merupakan rumah bagi satwa yang dilindungi, termasuk orangutan.

Dilansir dari CNN, Selasa (22/2/2022), selama beberapa dekade, kehutanan dan pertanian telah menghancurkan habibat orangutan, menempatkan mereka dalam bahaya besar, menurut WWF. Ketika deforestasi kian cepat dan lebih banyak spesies hilang dan terancam, kini ada sederet masalah lain yang mengintai.

Pemerintah Indonesia bergerak maju, mengeksekusi rencana pemindahan ibu kota baru ke Provinsi Kalimantan Timur. IKN berjarak sekitar 1.175 kilometer dari Jakarta.

Dengan langkah yang kini diabadikan dalam Undang-Undang, pekerjaan di Nusantara dimulai tahun ini, sementara relokasi akan dimulai pada 2024. Sekitar satu jam perjalanan ke utara dari pelabuhan Balikpapan, lokasi yang dipilih untuk IKN terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Pemerintah memandang "kota pintar di hutan" sebagai pusat inovasi. Di sisi lain, ada juga keprihatinan mendalam terhadap hutan hujan tropis dataran rendah yang menyusut dan satwa liarnya.

PBB mengatakan manusia mendorong orangutan menuju kepunahan. Tanpa "perubahan transformatif" dalam perilaku manusia, hewan langka tersebut bisa punah dalam beberapa dekade, demikian peringatannya.

"Langkah ini tidak hanya akan membawa populasi besar, tapi juga tuntutan besar untuk perubahan penggunaan lahan guna mengakomodasi kompleks perumahan dan perkantoran baru, bahkan pusat produksi pangan," kata Anton Nurcahyo, wakil CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS).

"Ini pasti akan menciptakan perubahan besar pada habitat di sekitarnya," lanjutnya. Rehabilitasi orangutan yayasan ini dimulai di Kalimantan Timur pada 1991.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Rehabilitasi Orangutan

Feeding orangutan di Tanjung Harapan, Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sejak 2006, suaka orangutan, Samboja Lestari, telah merawat orangutan yang terluka dan yatim piatu. Satwa langka ini diselamatkan dari hutan yang dihancurkan penebangan dan tanaman kelapa sawit, tepatnya di kawasan ibu kota baru.

"Kabupaten Sepaku dan Samboja yang bertetangga (dikhususkan untuk Nusantara) tidak memiliki populasi orangutan liar," kata Nurcahyo.

"Tapi, pusat rehabilitasi orangutan terletak di sini, di atas hutan seluas 1.850 hektare yang saat ini kondisinya perlu dilestarikan," tambahnya.

LSM dan penduduk setempat khawatir bahwa kota baru berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini dapat menimbulkan bencana bagi lingkungan. Masuknya sebagian besar pegawai negeri sipil dan keluarga mereka dari Jakarta dapat memaksa perampasan orang dan hewan.

Tingkat ancaman terhadap satwa liar langka akan tergantung pada perencanaan dan survei yang sedang berlangsung, kata BOS. "Dengan ekosistem yang unik di Kalimantan Timur, sangat penting untuk memiliki rencana mitigasi sesuai kebutuhan lingkungan yang spesifik," tegas Nurcahyo.

"Rencana itu masih dikembangkan. Langkah pertama adalah mengevaluasi dan memetakan dampak dari langkah tersebut," tambahnya.


Populasi Menyusut

Pelepasliaran tiga orangutan ke Tanjung Puting. (dok. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah/Dinny Mutiah)

Kalimantan telah mengalami kehilangan habitat yang luas dan pembunuhan 2.000-3.000 orangutan per tahun sejak 1970-an, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Orangutan masuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah.

Dalam satu abad, total populasi tercatat hampir hanya setengahnya, kata WWF, yakni dari 230 ribu menjadi sekitar 112 ribu. Nurcahyo menyebut sekitar 57.350 orangutan bertahan hidup di Kalimantan, "menyebar ke 42 kantong populasi liar."

Kekhawatiran besarnya adalah kebanyakan orangutan di Kalimantan hidup di luar kawasan lindung. Atau, seperti yang dikatakan WWF, "di hutan yang dieksploitasi untuk produksi kayu atau sedang dalam proses dikonversi menjadi pertanian."


Proses Pengembangan

Bayi Orangutan Kalimantan, Fitri saat berada dalam pelukan induknya Eva di Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/5/2020). Fitri, bayi orangutan berjenis bertina lahir pada hari Senin (25/5) pukul 05.00 WIB dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1441 H. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Para pejabat telah bergerak menghilangkan kekhawatiran soal dampak ibu kota baru terhadap lingkungan. Pemerintah Indonesia berjanji tidak akan menyentuh hutan lindung dalam megaproyek senilai 32 miliar dolar AS itu.

IKN Ini akan jadi "kota pintar dengan teknologi hijau dan ramah lingkungan," janji Presiden Jokowi saat membahas langkah tersebut dengan wartawan. Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan bahwa ia mengakui beberapa pohon akan tumbang untuk membuka lahan seluas 256 ribu hektare, hampir empat kali luas Jakarta.

"Tentu saja akan ada sedikit pengorbanan, tapi pada akhirnya, kami bertujuan mencapai revitalisasi hutan," katanya. "Jika sudah selesai, setidaknya 70 persen ruang terbuka hijau akan dibanggakan."


Infografis Ibu Kota Negara Baru Bernama Nusantara

Infografis Ibu Kota Negara Baru Bernama Nusantara. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya