Cara Merangkul Pelanggan ala Hotel Kapsul

Pendekatan personal menjadi salah satu langkah hotel kapsul berpromosi dan merangkul pelanggan.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Feb 2022, 22:24 WIB
Hotel kapsul Bobobox. (dok. Bobobox)

Liputan6.com, Jakarta - Berkembangnya bisnis di industri hospitality tidak lepas dari strategiyang diterapkan. Begitu pula dengan hotel kapsul Bobobox yang melancarkan konten kreatif tak hanya untuk promosi, tetapi juga merangkul pelanggan.

"Strategi sisi kreatif, kita fokus apa yang costumer butuhkan. Kita biasanya akan overloop kedua data, yaitu data guest kita as customer dan data dari sisi audiens followers kita kayak gimana," kata Marketing Manager Bobobox Ahmad Qois dalam bincang virtual "ShopeePay Talk: Dari Konten Turun ke Hati", Selasa (22/2/2022).

Qois melanjutkan, kebanyakan pengguna yang mengikuti media sosial mereka dan pelanggan yang menginap memiliki behavior yang biasa disebut price sensitivity. "Jadi, harga Rp500 saja bisa jadi pembeda banget buat mereka mau untuk purchase saat itu," tambahnya.

Merujuk hal tersebut, pihaknya tetap beraktivitas dengan sesuatu bersifat branding, namun tetap bisa promosi. Qois menyebut, "Karena itu memang bagian dari customer needs-nya".

Pihaknya menjelaskan, ketika akan menjalankan sebuah kampanye, harus tahu apa yang akan diraih, pesan yang akan disampaikan, dan menyasar komunitas mana. "Semua hal itu harus dilihat dulu, tidak mungkin melakukan semua aktivitas itu sporadis karena definisi dari milenial atau student itu pun banyak," terangnya.

"Berikutnya kita coba mengimplementasi yang namanya personal approach, kita menerapkan bahasa "Sahabat Bob" ke audiens kita untuk membangun perasaan bahwa orang itu follow social media kita tidak cuma mau tahu promosi, tapi bisa berkeluh kesah," tutur Qois.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Proses Kreatif

Hotel kapsul Bobobox. (dok. Bobobox)

Dari sisi proses kreatif, Qois menyebut maskot menjadi salah satu bukti. Maskot tersebut diluncurkan pada Juni 2018 untuk meningkatkan kinerja di media sosial yang belum sesuai ekspektasi setelah enam bulan mereka beroperasi.

"Berangkat dari situ, kita coba brainstorm bareng tim dan putuskan untuk create maskot. Start dari create maskot, kita coba define mau jadikan apa, kita notice kecepatan digital akan luar biasa," katanya.

Qois dan tim lantas melihat kembali strategi komunikasi dan mencoba mengimplementasikan pendekatan personal. "Kita coba, Bob Koala beserta dengan karakteristiknya ke dalam social media channel kita," tambahnya.


Tantangan

Hotel kapsul Bobobox. (dok. Bobobox)

Perjalanan Bobobox di industri hospitality bukan tanpa lika-liku. Satu hal yang begitu menantang bagi pihaknya adalah edukasi terkait produk mereka kepada masyarakat luas.

"Sebelum teknologi saja, yang harus bisa kita edukasi kapsulnya saja sudah effort banget untuk kita educate, apalagi challenge pada saat itu. Orang sudah punya mindset 'ah kalau ke kapsul tidur cuma sepetak' 'claustrophobic' 'tidak akan bisa nyaman di sana'. Itu yang kita hadapi di awal banget," jelas Qois.

Belajar dari pengalaman, mereka kemudian menggabungkan edukasi dengan teknologi yang justru jadi terobosan menarik. Pelanggan kala itu tertarik ingin mencoba poin unik dari hotel kapsul mereka.

"Karena kita punya unique value dari teknologi ini. Dari situ baru konten-konten mulai berdatangan karena orang amaze dengan interiornya, amaze view di dalam pod-nya," tutur Qois.


Bobobox ID dan Bobobox Adventure

Desain kabin di tengah hutan yang diluncurkan Bobobox. (dok. Bobobox)

Qois menjelaskan tantang lain yang dihadapi dalam beberapa waktu lalu adalah ketika mengembangkan Bobobox Adventure atau Bobocabin. Pada 2020 yang menjadi awal dari masa pandemi Covid-19, internal company Bobobox mencoba mengatur business continuity.

"Karena enggak mungkin investasi tetap bisa masuk dan kita enggak make sense juga untuk invest ke sesuatu yang sifatnya hotel lagi, kita coba produk apa bisa develop berikutnya," terangnya.

Dikatakan Qois, ada perbedaan pendekatan dari media sosial Bobobox ID dan Bobobox Adventure. Untuk Bobobox ID, pihaknya menggunakan unggahan yang memadukan bahasa Indonesia dan Inggris, sedangkan Bobobox Adventure coba diimplementasikan ke bahasa Inggris.

"Dari sisi penerapan market Bobobox ID ada area urban, hotel kapsul bisa reach audiens ada di market urban seperti workers dan student di area-area tersebut. Kalau Adventure yang kita tuju adalah market middle up yang memang orang-orang yang butuh waktu menyatu dengan alam dan sama keluarga karena dari price positioning juga perbedaannya jauh dari price kapsul dan cabin," Qois menjelaskan.


Infografis Tarif Kamar Hotel Karantina Mandiri

Infografis Tarif Kamar Hotel Karantina Mandiri (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya