Liputan6.com, Jakarta - Omicron memiliki karakter yang mudah menular dengan gejala relatif lebih ringan dibandingkan varian Delta pada sebagian orang. Lalu, banyak yang memprediksi bahwa Omicron adalah varian terakhir COVID-19. Namun, Kementerian Kesehatan menangkis pendapat tersebut.
"Sampai saat ini kami tidak pernah tahu mengenai apakah Omicron sebagai varian COVID-19 terakhir," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan pers secara virtual pada Selasa (22/2/2022).
Advertisement
Omicron merupakan varian yang terjadi karena mutasi pada virus SARS-CoV-2. Nadia mengatakan bahwa mutasi yang terjadi pada virus adalah hal normal.
Mutasi adalah cara virus beradaptasi untuk tetap hidup. Efek mutasi sebuah virus ke manusia tidak selalu negatif.
"Mutasi tidak selalu berakibat fatal bisa juga menyebabkan virus melemah, bisa juga virus tidak berdampak sama sekali," kata Nadia.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan pada 18 Januari 2022 bahwa pandemi tidak akan berakhir karena varian Omicron mereda di beberapa negara.
“Kami mendengar banyak orang menyarankan bahwa Omicron adalah varian terakhir. Dan itu tidak terjadi karena virus ini beredar pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia,” kata Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis COVID-19 WHO.
Cegah Mutasi Terjadi dengan Tekan Kasus COVID-19 Serendah Mungkin
Mengingat tidak ada yang tahu Omicron varian terakhir dari COVID-19 atau bukan, satu yang pasti bisa kita lakukan adalah menekan kasus serendah mungkin, sehingga menurunkan kemungkinan munculnya varian baru.
"Semakin sedikit orang tertular, semakin kecil terjadi mutasi," kata Nadia.
Advertisement