Harga Gula Pasir Meroket, Rakyat Makin Susah

Harga gula pasir terpantau mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 15.500 perkilogram di pasaran.

oleh Arief Rahman H diperbarui 23 Feb 2022, 10:00 WIB
Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kemendag menyatakan, penetapan harga eceran tertinggi (HET) gula kristal putih sebesar Rp12.500 per kilogram akan dilakukan pada bulan Maret 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga gula pasir terpantau mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 15.500 perkilogram di pasaran. Saat harga ini diketahui meningkat sejak beberapa pekan ke belakang.

Menanggapi kenaikan harga gula pasir di tengah polemik harga minyak goreng dan tahu tempe yang belum stabil, pedagang minta pemerintah mengambil langkah serius dalam menyelesaikannya. Pedagang meminta pemerintah menyusun peta jalan atau roadmap pangan. Jika tidak, kenaikan harga sejumlah bahan pangan ini akan menyusahkan rakyat.

Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar Ngadiran menyampaikan kenaikan harga gula pasir ini terjadi dalam dua pekan ke belakang. Sebelumnya, menurut data yang dimilikinya, gula pasir eceran ada di Rp 12.500 – Rp 13.000.

Gula ini sebelumnya eceran Rp 12.000 sampai dengan Rp 13.000. Dalam dua pekan ini naik bertahap-tahap sampai dengan Rp 15.000 – Rp 15.500,” katanya kepada Liputan6.com, Selasa (22/2/2022).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan meminta pemerintah untuk membuat roadmap pangan. Artinya, ada pemetaan terkait komoditas pangan di Indonesia untuk menjamin kestabilan harga di pasaran.

“Harus dipetakan wilayah produksi kita jangan sampai seperti pemadam kebakaran lagi nih pemerintah, kasak kusuk, begitu harga naik enggak mampu dikendalikan ujung-ujungnya impor. Ini yang kami sayangkan bila ini terjadi, maka kami meminta kepada pemerintah untuk memetakan wilayah produksi,” katanya.

 


Terus Naik hingga Ramadan

Warga membeli sembako murah di Kantor Kelurahan Cililitan, Jakarta, Rabu (2/2/2022). Pasar murah ini menyediakan minyak goreng dengan harga subsidi yakni Rp 14.000 per liter, beras 5kg dengan harga Rp 55.000 serta telur, susu UHT, gula pasir dan tepung terigu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selanjutnya, kata dia, pemerintah bisa melakukan distribusi yang dilakukan langsung pemerintah. Artinya, hal ini bisa memotong distribusi dari distributor yang membuat biaya semakin melambung di pasaran.

“Tak lagi oleh distributor tidak lagi dengan beberapa tengkulak pengepul dan sebagainya, bila perlu dari produsen langsung ke pelaku pasar di pasar tradisional,” ujarnya.

Tujuannya, kata dia untuk menekan harga dan menyeimbangkan stok antara permintaan dan penyediaan sehingga bisa seimbang. Jika terjadi kektidakseimbangan, kata dia, kenaikan harga bahkan kelangkaan barang akan terjadi di pasaran.

Pada kesempatan yang sama, Reynaldi menaksir kenaikan harga gula pasir ini akan terjadi hingga menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Ia meminta pemerintah bisa melakukan langkah konkret dalam mengantisipasi kenaikan harga.

“Memang kami proyeksikan ini harga gula akan terus meningkat, puncaknya mungkin akan terjadi menjelang bulan ramadhan dan juga idul fitri, tentu pemerintah ini belum mampu untuk menyelesaikan beberapa komoditas pangan,” kata dia.

“Tahu tempe belum selesai, minyak belum selesai, dan ternyata gula pasir terpantul naik harganya. Untuk itu pemerintah tak punya roadmap yang jelas tidak punya grand design yang jelas untuk mengatur dan juga mengelola pangan di dalam negeri baik dari hulu sampai hilir,” imbuh dia.

 


Pedagang Was-Was

Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Reynaldi menilai dengan keadaan tersebut, stok gula pasir habis di akhir Januari 2022 lalu. Ia khawatir kedepannya, jika pemerintah tak segera mengambil langkah tepat, harga tetap naik dan stok tak terkendali.

“Lantas bagaimana untuk persiapan kedepan? Kuartal ke depan ini sangat sangat penting karena ada bulan ramadhan  disana ada hari raya besar idul fitri. Untuk itu harus dipersiapkan dengan matang. Kalau memang stoknya enggak ada, harus digenjot produksi kita seperti apa,” tutur dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya