Akankah Omicron Jadi Varian Covid-19 Terakhir? Ini Kata Kemenkes

Yang terpenting saat ini, kata Kemenkes ialah kerja sama semua pihak untuk menekan laju penularan varian covid-19 Omicron.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2022, 20:09 WIB
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi, MPH. dok. Kemenkes

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan tidak dapat memastikan apakah Omicron menjadi varian terakhir dari Covid-19. Sebab jika melihat dari sifat alamiah, virus terus bermutasi untuk bertahan hidup.

"Apakah ini menjadi varian terakhir? Kita tidak pernah tahu," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmidzi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Kementerian Kesehatan RI, Selasa (22/2/2022).

Nadia mengatakan, mutasi virus tidak selalu berdampak buruk bagi manusia. Terkadang, mutasi justru membuat virus semakin lemah. Bahkan, mutasi bisa membuat virus semakin tidak berdampak pada manusia.

"Jadi kita lihat terus perkembangannya," ujarnya.

Nadia berpendapat, yang terpenting saat ini ialah kerja sama semua pihak untuk menekan laju penularan varian Omicron. Jika laju penularan rendah, jumlah orang yang terinfeksi sedikit, peluang mutasi virus semakin kecil.

"Menjadi penting adalah bagaimana kita memastikan menekan laju penularan ini, menekan serendah-rendah mungkin kasus positif," ucapnya.

Sebelumnya, Nadia optimis Indonesia bisa keluar dari pandemi Covid-19 jika ada kerja sama semua pihak. Dia mencontohkan Inggris yang menyatakan akan memasuki fase endemi.

"Ini adalah sesuatu yang harus kita upayakan bersama," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menuju Masa Endemi

Dia menyinggung kondisi Indonesia pada awal November 2021. Saat itu, penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 nasional hanya sekitar 200-an kasus. Situasi ini bisa membangun optimisme untuk menuju masa endemi Covid-19.

"Artinya kasus ini sangat rendah. Kalau kita lihat, memungkinkan sekali di banyak negara bahkan seperti Inggris sudah menyatakan mereka akan menormalkan kehidupan seperti sebelum pandemi Covid-19," ujarnya.

Reporter: Titin Supriatin/Merdeka.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya