SBN Tak Lagi Jadi Andalan, Sri Mulyani Bayar Utang Pakai Kas Negara

Pembiayaan utang yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada Januari 2022 turun drastis

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 22 Feb 2022, 19:55 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pembiayaan utang yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada Januari 2022 turun drastis.

Sehingga pemerintah fokus menggunakan pendapatan negara dan APBN 2022 untuk pemenuhan pembiayaan.

Bendahara Negara melaporkan, awal tahun ini pemerintah mengalami kontraksi pembiayaan utang. Itu berarti uang milik negara lebih banyak membayar utang daripada penerbitan (issuance) SBN.

"Ini berarti kita bisa membiayai berasal dari kas yang ada maupun dari penerimaan negara, baik dari sisi perpajakan bea cukai maupun PNBP," ujar Sri Mulyani dalam sesi APBN Kita, Selasa (22/2/2022).

Adapun penerimaan negara hingga 31 Januari 2022 mengalami pertumbuhan 54,9 persen, atau mencapai Rp 156 triliun. Nilai itu setara 8,5 persen dari target pendapatan tahun ini sebesar Rp 1.846,1 triliun.

Perolehan itu turut didukung penerimaan pajak pada awal tahun yang mencapai torehan fantastis, dengan jumlah pemasukan Rp 109,1 triliun. Angka itu naik 59,39 persen secara year on year dibanding periode sama sebelumnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Utang Negara

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (Dok kemenkeu)

Sri Mulyani lantas membandingkannya dengan kondisi per Januari 2021 lalu, dimana pemerintah masih mengandalkan penerbitan SBN untuk membayar utang negara.

Pada Januari tahun lalu, Kementerian Keuangan melakukan issuance Surat Berharga Negara mencapai Rp 169,7 triliun.

"Tahun ini, bulan Januari kita mengalami netto negatif Rp 15,9 triliun. Artinya kita membayar utang lebih besar dari issuance. Sehingga kalau kita lihat, issuance kita mengalami penurunan hingga 109,3 persen," terangnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya