Dharma Satya Nusantara Kantongi Penjualan Rp 7,12 Triliun pada 2021

PT Dharma Satya Nusantara Tbk mencatat penjualan Rp 7,12 triliun pada 2021. Penjualan tersebut tumbuh 6,3 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Feb 2022, 23:21 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan positif sepanjang 2021. Penjualan itu ditopang peningkatan kinerja segmen usaha produk kayu dan kenaikan harga jual crude palm oil (CPO).

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (23/2/2022), PT Dharma Satya Nusantara Tbk mencatat penjualan Rp 7,12 triliun pada 2021. Penjualan tersebut tumbuh 6,3 persen dari periode sama tahun lalu Rp 6,69 triliun.

Pertumbuhan penjualan itu juga didukung kenaikan laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 52,5 persen.

Perseroan mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 727,15 miliar pada 2021 dari periode saham tahun sebelumnya Rp 476,63 miliar. Dengan demikian, laba per saham dasar atau dilusi naik menjadi Rp 68,60 pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44,97.

Perseroan mencatat laba bruto Rp 2,02 triliun pada 2021. Laba bruto itu tumbuh 15,57 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,75 triliun. Laba operasi naik menjadi Rp 1,39 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 995,05 miliar.

Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Andrianto Oetomo menuturkan, segmen produk kayu menunjukkan kinerja cukup mengesankan sepanjang 2021 dengan nilai penjualan naik 34 persen menjadi Rp 1,3 triliun. Hal ini akibat dari peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata produk kayu yang terutama didorong pulihnya permintaan dari pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada.

“Kinerja segmen produk kayu yang membaik ini menyebabkan kontribusi pendapatan produk kayu naik menjadi 19 persen dari total pendapatan pada 2021 dibandingkan 15 persen pada 2020,” ujar dia dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu pekan ini.

Ia menuturkan, kinerja itu ikut mendorong lonjakan laba sebelum pajak dari segmen produk kayu sebesar 2.659 persen dari Rp 4,6 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 126,9 miliar pada 2021.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Segmen Usaha

Seorang pekerja sedang menebang pohon di perkebunan kelapa sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sepanjang 2021, segmen produk kayu terus menunjukkan kinerja yang positif, baik volume penjualan maupun harga jual rata-rata. Volume penjualan panel melonjak 27 persen menjadi 109 ribu m3 seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang, dengan kenaikan harga jual sebesar 5 persen.

Pulihnya pasar Amerika Serikat dan Kanada ikut mendorong peningkatan volume penjualan engineered flooring sebesar 15 persen menjadi 1.137 ribu m2, dengan harga jual yang lebih tinggi sekitar 7 persen.

Sementara itu, segmen usaha kelapa sawit memberikan kontribusi pendapatan pada 2021 sebesar Rp 5,8 triliun, naik 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Peningkatan pendapatan segmen ini lebih kecil dibandingkan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 13 persen menjadi Rp 9,2 juta per ton karena tergerus oleh penurunan volume penjualan CPO sebesar 15 persen menjadi 545 ribu ton.

Sepanjang 2021 Perseroan mencatat total produksi TBS sebanyak 1.9 juta ton, turun 4,7 persen dibandingkan produksi tahun sebelumnya, mengindikasikan dampak lanjutan El Nino 2019 masih dirasakan oleh perkebunan milik Perseroan yang berada di Kalimantan.

Selain itu, sejumlah banjir yang terjadi di perkebunan Perseroan pada kuartal II dan IV 2021 turut mengganggu proses panen sehingga tingkat ekstrasi lebih rendah dan tingkat FFA menjadi lebih tinggi. Alhasil, pencapaian volume produksi CPO hanya tercatat 544 ribu ton.

Namun demikian, segmen usaha kelapa sawit masih tetap membukukan peningkatan laba sebelum pajak sebesar 21 persen menjadi Rp 945 miliar pada 2021 dibandingkan Rp 783 miliar pada 2020.

Secara konsolidasian, DSNG mencatatkan kenaikan profitabilitas yang signifikan pada 2021, sebagaimana tercermin dari laba kotor, laba usaha, laba setelah pajak, dan EBITDA, yang tumbuh masing-masing sebesar 16 persen, 40 persen, 55 persen, dan 18 persen dibandingkan 2020.

"Selain harga jual CPO yang lebih tinggi, faktor lain yang turut berkontribusi pada kenaikan laba Perseroan adalah sejumlah inisiatif efisiensi biaya berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan otomasi pada proses produksi, baik di segmen usaha produk kayu maupun kelapa sawit. Di samping itu, kami juga terus melakukan upaya deleveraging untuk mengurangi beban keuangan,”tambah Andrianto.


Total Aset

Seorang pekerja membawa cangkang sawit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

 Per 31 Desember 2021, total aset DSNG turun 3,1 persen menjadi Rp 13,71 triliun, karena porsi piutang dari perkebunan plasma turun setelah program pembiayaan kembali dengan bank.

Sejumlah Rp 491 miliar dari hasil pembiayaan kembali piutang plasma tersebut digunakan oleh Perseroan untuk melakukan pembayaran utang dipercepat.

Dengan demikian, total liabilitas turun 16 persen menjadi Rp 6,7 triliun, yang didominasi oleh penurunan pinjaman bank sebesar Rp 1,0 triliun menjadi Rp 5,3 triliun.

Sementara ekuitas perseroan per 31 Desember 2021 adalah Rp 7,02 triliun, meningkat sekitar Rp 795 miliar, yang terutama dikontribusikan dari laba setelah pajak.

Kinerja yang baik selama tahun 2021 juga menyebabkan rasio keuangan yang semakin sehat. Rasio lancar meningkat dari 1,1x pada 2020 menjadi 1,25x pada 2021. DER pada 2021 adalah 0,76x, jauh lebih rendah dari 1,03x pada 2020, dan rasio Debt to EBITDA pada 2021 menjadi 2,74x dibandingkan 3,87x pada 2020.


Gerak Saham DSNG

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Rabu, 23 Februari 2022, saham DSNG naik 6,61 persen ke posisi Rp 645 per saham.  Saham DSNG naik 15 poin ke posisi Rp 620 per saham.

Saham DSNG berada di level tertinggi Rp 650 dan terendah Rp 610 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.263 kali dengan volume perdagangan 259.707 saham. Nilai transaksi Rp 16,6 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya