Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Djoni Liano, menceritakan asal muasal kenaikan harga daging sapi di pasaran. Fenomena ini sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun ini, sama seperti halnya dialami kedelai.
"Saya melihatnya mulai dari Januari 2022, udah mulai ada penyesuaian-penyesuaian. Kalau kita lihat data dari Kemendag, kalau enggak salah DKI harganya sekarang Rp 134 ribu (harga rata-rata untuk daging sapi has dalam)," terangnya kepada Liputan6.com, Kamis (24/2/2022).
Menurut dia, gejolak harga daging sapi tentunya tidak bisa terlepas dari situasi ekonomi secara global. Terlebih saat ini pasar di Tanah Air juga masih banyak bergantung pada suplai daging sapi impor.
"Khusus yang impor, daging sapi impor, daging sapi beku impor, itu kan sangat dipengaruhi dari harga internasional dan kurs rupiah. Dua faktor itu tidak bisa kita kendalikan, apalagi harga internasional," bebernya.
Djoni lantas membandingkannya dengan harga keekonomian kedelai yang baik 20 persen, dan turut mempengaruhi produksi tahu tempe nasional. Bahkan, kenaikan harga daging sapi internasional dibandingkan 2021 lalu lebih parah.
"Kalau kita banding harga dari tahun lalu dengan sekarang, itu hampir 60 persen kenaikannya. Dari USD 2,8 menjadi USD 4,2 per kg berat hidup," kata dia.
"Jadi sapi yang masuk pada Januari dan Februari, itu harganya udah di atas USD 4,2 per kg berat hidup. Jadi harga yang kita terima sekarang kan sudah ada kenaikan, sehingga kita sebagai pebisnis tentu menyesuaikan, enggak mungkin kita jual rugi," jelasnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minta Pengertian Konsumen
Oleh karenanya, ia minta pengertian konsumen jika harga daging sapi saat ini memanas. Djoni juga memberi penjelasan, kenapa harga daging sapi potong di pasaran jauh lebih mahal dibanding harga impornya.
"Daging dan sapi kadang-kadang orang lihatnya sama saja. Beli sapinya cuman USD 4,2 (per kg berat hidup), kok jualnya di sini Rp 130 ribu (per kg)," ungkapnya.
"Padahal kan seekor sapi itu hanya menghasilkan daging 30 persen. Jadi kalau beratnya 400 kg, itu dagingnya cuman 130 kg," tandas Djoni.
Advertisement