Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terpilih menjadi presidensi G20. Adapun tema G20 tahun 2022 adalah "Recover Together, Recover Stronger". Sejalan dengan tema itu, Founding Partner AC Venture, Pandu Patria Sjahrir menyebutkan ada dua sektor yang paling penting selama gelaran forum G20 tersbeut.
"Sektor paling penting mulai dari hari ini sampai 2045. Satu adalah di sektor energi yang merupakan 40 persen dari pendapatan negara, dan nomor dua adalah sektor teknologi," ungkapnya dalam BRIGHTS Forum 2022 BRI Danareksa Sekuritas, Kamis (24/2/2022).
Untuk sektor teknologi, Pandu menyebutkan akan terjadi pertumbuhan hingga dua kali lipat, dari yang saat ini tercatat sekitar USD 70 miliar. Hal itu didukung menjamurnya perusahaan rintisan (startup).
Baca Juga
Advertisement
"Per hari ini sudah ada 9 unicron atau perusahaan rintisan yang berkapitalisasi di atas USD 1 miliar, dan kita merupakan negara yang mempunyai unicorn terbanyak di Asia Tenggara," kata Pandu.
Adapun untuk sektor energi disebut hanya akan mengemban satu tema, yakni transisi energi. Hal itu sejalan rencana Indonesia yang ingin capai net zero emission, sehingga transisi energi menjadi agenda utama.
Sehubungan dengan investasi di pasar modal. Pandu, yang sekaligus menjabat sebagai Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan perusahaan yang berorientasi pada lingkungan mendapat sentimen positif dari pelaku pasar.
"Jadi kalau udah investasi di pasar modal Anda lihat bahwa reception untuk saham yang sudah memiliki narasi atau keinginan untuk berubah, kelihatan sekali banyak yang suka,"
"Jadi kalau kita kasih contoh, green atau ESG business. Misalnya Sri-Kehati, itu sudah tumbuh sangat baik," ujar Pandu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sektor Teknologi
Sementara untuk sektor teknologi juga cukup menarik lantaran terdapat sejumlah unicorn yang siap debut di bursa.
Pandu menyebutkan, Indonesia adalah market terbesar dengan pertumbuhan tercepat untuk perusahaan yang berbau sektor teknologi di Asia Tenggara. Dia menuturkan, hal itu didorong sejumlah hal, Seperti, dari sisi populasi yang besar. Hampir setengah dari populasi Asia Tenggara.
Selain itu, populasi kelas menengah yang terus tumbuh dan menimbulkan perbaikan dari kekayaan masyarakat Indonesia. Dua per tiga masyarakat Indonesia juga masih underbank. Sehingga banyak yang berminat pada produk digital financial services.
Terakhir adalah digital payment yang diadopsi sangat cepat. Di mana pertumbuhannya dalam 3 tahun terakhir lebih dari 30 persen. Untuk akomodasi potensi itu, Bursa dan otoritas terkait telah meresmikan aturan multi voting share (MVS).
Aturan itu memungkinkan startup untuk melantai di bursa. Sekaligus mengawal misi perusahaan rintisan agar tetap sesuai dengan tujuan para pendiri.
"Ini makin open untuk founder menembnagkan bsnisnya. Seperti adanya MVS yang baru disetujui akan banyak membantu startup untuk bisa berkembang,” ujar dia.
Advertisement