Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, memperingatkan ancaman propaganda Rusia di tengah konflik yang terjadi. Rusia disebut sudah berpengalaman dalam menyebar isu yang tak sesuai kenyataan.
Tindakan ini disebut "perang hibrid" yang melibatkan propaganda. Dues Hamianin berkata serangan propaganda telah terjadi sejak Ukraina merdeka dari Uni Soviet.
Baca Juga
Advertisement
"Ini terjadi selama 30 tahun sejak Ukraina meraih kemerdekaan. Sejak itu, 30 tahun lalu, propaganda Rusia tak pernah berhenti untuk sehari pun, untuk satu momen pun, untuk melemhakan kemerdekaan Ukraina, melemahkan hak kami untuk merdeka dan menentukan takdir dan masa depan kami," ujar Dubes Ukraina dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/4/2022).
Salah satu sumber berita yang disebut Dubes Ukraina menyebar kehobongan adalah Russian Today (RT). Media tersebut cukup viral di Twitter dan Facebook.
Dubes Ukraina berkata bahwa propaganda seperti itu adalah salah satu instrumen diplomasi Rusia sejak rezim komunis Uni Soviet.
"Jadi saya mengajak kalian, mohon hati-hati dalam menerima dan mengirimkan informasi, karena propaganda Rusia memiliki pengalaman 70 tahun pada rezim komunis di Uni Soviet," jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pekan Lalu, Dubes Rusia Bantah Serangan
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, membantah bahwa negaranya ingin menyerang Ukraina. Situasi terkini ia sebut sebagai "histeria" dari negara-negara Barat.
"Perang informasi dengan skala besar sedang dilancarkan melawan kami," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva saat konferensi virtual, Kamis (17/2).
Vorobieva berkata Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menegaskan bahwa ia tidak minat berperang, dan negaranya mencoba melakukan diplomasi. Lebih lanjut, Dubes Rusia juga menyebut bahwa Amerika Serikat sedang melakukan pengalihan isu dari masalah NATO.
"Ini bukanlah tentang invasi Rusia, ini adalah serangan informasi. Saya bilang ini adalah upaya untuk mengalihkan perhatian komunitas internasional dari hal yang serius," kata Dubes Rusia.
"Apa yang paling penting adalah pendirian agresif NATO yang mengembangkan infrastruktur militernya di dekat perbatasan kami."
Rusia memang menolak jika Ukraina masuk NATO. Mereka berkata berbahaya jika Ukraina menjadi anggota NATO, sebab lembaga itu jadi bisa membawa perlengkapan mereka ke Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Meski demikian, Ukraina menegaskan ingin bergabung dengan NATO. Niat itu semakin kuat sejak Rusia mencaplok daerah Krimea di 2004. Padahal, menurut hukum internasional wilayah itu adalah milik Ukraina. Dubes Rusia menegaskan bahwa negaranya tak akan mengembalikan Krimea ke Ukraina.
Advertisement