Liputan6.com, Jakarta - Sebelum pandemi, Elzatta Hijab termasuk yang berkibar di dunia fesyen muslim Indonesia. Namun, masa krisis kesehatan global yang telah berlangsung selama dua tahun menyeret brand lokal itu ke titik bawah.
CEO Elcorps Elidawati mengakui bisnisnya kini sedang sakit. Modal kerja minus, banyak pegawai yang terpaksa dilepaskan, baik sukarela maupun di-PHK, hingga aset dijual demi bisa bertahan. Mereka bahkan mengalihkan produksi busana muslim sebagian menjadi daster karena kebutuhan konsumen yang berubah.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan pandemi berkepanjangan, minusnya sampai 60 persen lebih. Akibat dari situ, banyak hal dilakukan agar survive," ujarnya dalam jumpa pers virtual terkait kerja sama investasi bersama PT. Lembur Sadaya Investama (LSI), Rabu, 22 Februari 2022.
Tak berhenti di situ, pihaknya juga memangkas jumlah toko fisik yang dibuka. Dari 200-an lebih, yang tersisa kini hanya 129 toko. Kebanyakan yang ditutup berada di pusat perbelanjaan.
"Penurunan (penjualan) dahsyat di bulan April (2020) karena masuknya (Covid-19) kan pertengahan Maret. April, Mei, dan seterusnya, angka penurunannya luar biasa," sambung dia.
Elzatta bukan tak punya toko online, tapi selama ini penopang utama bisnis mereka adalah toko luring sejak berdiri pada 2012. Situasi pandemi memaksa mereka lebih giat berjualan produk secara virtual. Namun, hasilnya belum bisa menutupi kekurangan yang ada.
"Kami punya (toko) online sejak 2015. Online adalah sebuah channel yang harus dikuasai, kami meningkatkan fokus luar biasa ke online, dan 2020--2021, terjadi peningkatan luar biasa. Jadi, strategi di 2022 adalah online akan digenjot lebih besar lagi," kata Elida.
Sementara, toko offline yang tadinya ditutup direncanakan akan direlokasi ke tempat lain yang lebih menjanjikan. "Di beberapa tempat, tetapi saat ini belum pasti," imbuh dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suntikan Modal
Setelah dua tahun bertahan dengan modal kerja yang minus, Elzatta mengumumkan pihaknya baru mendapatkan investasi senilai Rp300 miliar dari PT Lembur Sadaya Investama (LSI). Investasi itu akan digunakan sebagai modal kerja dan keperluan ekspansi.
"Sekarang ini tahapnya masih investasi. Secara periodik akan ada perubahan-perubahan ke arah lebih besar, di mana nantinya akan terjadi bila majority sudah berubah, yakni akan ada perubahan kepengurusan sebagai dampak," ujar Elida, seraya menyebut Asep Sulaiman Sabanda segera masuk dalam manajemen.
Tika Latifani Mulya, VP Elzatta Hijab, menerangkan kekurangan modal kerja selama ini membuat perusahaannya tak bisa memenuhi permintaan pelanggan. Karena itu, ia optimistis laju produksi bisa kembali normal, terutama untuk memenuhi kebutuhan Lebaran yang biasanya jadi panen rayanya para pedagang.
"Insya Allah akan meningkat walau lagi ramai Covid. Mudah-mudahan menjelang Maret--April, dunia akan semakin realistis menghadapi virus Omicron," ujarnya.
Advertisement
Koleksi Sarimbit
Menyambut lebaran, Tika menyatakan Elzatta kembali menyiapkan koleksi sarimbit. Ada dua versi yang ditawarkan, yakni versi untuk di rumah dan untuk pertemuan besar.
Untuk versi festive, sarimbit akan menggunakan bahan mewah yang berkilau. Sementara, koleksi sarimbit untuk di rumah memanfaatkan katun yang nyaman.
"Setelah pandemi kan banyak yang di rumah saja setelah salat Ied, enggak banyak bepergian. Pengennya nyantai aja di rumah, tetapi sarimbitnya tetap pantas," ia mengucapkan.
Kompetisi Dalam Negeri
Tika optimistis pasar fesyen muslim di dalam negeri tetap potensial digarap, meski makin ramai pebisnis lokal. Kendati toko ditutup, pada dasarnya permintaan ke Elzatta tetap tinggi.
"Selain karena syariat, perempuan Indonesia itu enggak lepas dari budaya. Muslim Indonesia dari negara lain paling keren dan beragam, jadi menurut saya possible banget Indonesia punya leading brand di fesyen muslim," ujarnya. Selain, Elzatta juga membidik pasar Timur Tengah sebagai target utama.
Advertisement