Bela Ukraina, PM Inggris: Presiden Rusia Vladimir Putin Pilih Pertumpahan Darah

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan dukungan kepada Ukraina di tengah krisis bersama Rusia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Feb 2022, 21:38 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin tiba untuk upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Olimpiade, Beijing, Jumat (4/2/2022). Selain menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin, Putin juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping. (Carl Court/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengirimkan kecaman keras kepada Rusia atas serangan terhadap Ukraina. Presiden Vladimir Putin disebut memilih pertumpahan darah ketimbang diplomasi. 

"Presiden Putin telah memilih jalan pertumpahan darah dan kehancuran dengan meluncurkan serangan tanpa provokasi ini kepada Ukraina," ujar PM Johnson dalam rilis resmi Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Kamis (24/2/2022).

PM Johnson juga menambahkan akan merespons aksi Rusia dengan tegas.

Inggris menyebut Rusia melanggar pasal 2 dari Piagam PBB bahwa semua anggota dilarang memakai kekuatannya untuk melanggar integritas wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara.

Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss berkata akan berkolaborasi dengan mitra internasional untuk melawan aksi Rusia.

"Kami berdiri bersama Ukraina dan kami akan bekerja dengan mitra-mitra internasional kami untuk merespons tindakan agresi yang mengerikan ini," ujar Truss.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Anak-Anak Ukraina Terancam Jadi Korban

Seorang prajurit Ukraina memeriksa senapannya pada posisi di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia dekat Gorlivka, Donetsk, 14 April 2021. (STR/AFP)

Keadaan psikososial anak-anak Ukraina menjadi sorotan dari UNICEF di tengah krisis yang terjadi dengan Rusia. Dunia internasional kini sedang ramai-ramai mengkritik langkah Rusia yang mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina, Donetsk dan Luhansk. 

Dilaporkan VOA News, Kamis (24/2/2022), seorang wanita di Kyiv bernama Anna Gvozd terus memantau manuver Rusia, pasalnya keluarganya tinggal di wilayah separtis tersebut.

"Keponakan saya yang berusia enam tahun sekarang tidak lagi pergi ke sekolah dan ke kelas menari karena penembakan terjadi di sekitar kota itu," ujarnya.

Anna, suaminya dan tiga putra mereka telah meninggalkan wilayah itu delapan tahun lalu setelah Rusia menganeksasi Krimea dan memicu perang separatis di bagian timur Ukraina. Dampaknya terhadap anak-anak sangat buruk.

“Kami tidak dapat menyewa apartemen karena orang yang mengungsi di dalam negerinya sendiri – atau dikenal sebagai 'internally displaced persons' – kami tidak diberi tempat tinggal. Mereka juga melarang memiliki rumah karena melihat kami punya tiga anak. Anak-anak melihat langsung perjuangan emosional kami,” tutur Anna.

Bagi keluarga yang tidak dapat melarikan diri, trauma yang ada semakin memburuk karena semakin banyak pasukan Rusia yang masuk ke wilayah itu secara resmi.

Baca selengkapnya...


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya