Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan PLTA Poso Energy 515 MW dan PLTA Malea Energy 90 MW, Kabupaten Poso. Menurut Jokowi, PLTA adalah sebuah proyek masa depan yang mendukung perjuangan dunia menciptakan energi hijau.
"Saya sangat senang sekali, kenapa? Karena kita semuanya akan meresmikan sebuah pembangkit lstrik tenaga air yang itu adalah berarti energi hijau, berarti EBT (energi baru terbarukan)," kata Jokowi di lokasi, seperti disimak melalui siaran daring YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (25/2/2022).
Baca Juga
Advertisement
Namun, Jokowi sedikit geram dengan laporan yang diterima terkait perizinan birokrasi yang dikeluhkan memakan waktu lama oleh PLN. Jokowi pun meminta kepada Dirut PLN agar hal tersebut dapat disederhanakan sehingga proses dapat berjalan lebih cepat.
"Saya ingin tekankan pada pagi hari ini adalah agar birokrasi utamanya di PLN itu betul-betul, pak dirut, diperhatikan. Jangan sampai ada keluhan lagi," tegas Jokowi.
Seperti diketahui, PLTA diresmikan Jokowi dibangun oleh Kalla Group. Founder Kalla Group tidak lain adalah Jusuf Kalla, sang wakil presiden Indonesia ke-10 dan ke-12.
Keluhkan Perizinan ke PLN
Melalui pidatonya, pria karib disapa JK itu mengeluhkan perizinan ke PLN membutuhkan waktu 5 tahun. Sedangkan pembangunan PLTA membutuhkan waktu 7 tahun.
Menurut Jokowi, apabila birokrasi izin bisa lebih cepat maka penyelesaian juga lebih singkat.
"Negoisasi perizinan sampai lebih dari 5 tahun, sekuat apa pun orang ngurusin izin negoisasi sampai lebih dari 5 tahun, kecapean! ngurusin izin belum bekerja di lapangan. Untung Pak Jusuf Kalla dan manajemen Jusuf Kalla ini tahan banting. Coba kalau ndak sudah mundur dulu, 5 tahun ngurus engga rampung," keluh Jokowi memungkasi.
Sementara itu, berdasarkan keterangannya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, pengoperasian kedua pembangkit EBT ini menjadi bukti kolaborasi strategis antara PLN dengan produsen listrik swasta (IPP) dalam mempercepat transisi energi di Tanah Air.
"Dalam mengakselerasi pembangunan EBT, PLN tak bisa sendiri. Perlu adanya kolaborasi dan sinergi baik bersama BUMN maupun swasta. Kedua proyek ini menjadi bukti nyata dari kolaborasi apik pengembangan EBT dalam skala besar," ungkap Darmawan.
Rencananya, PLTA yang memanfaatkan arus sungai Poso ini akan dimaksimalkan sebagai pembangkit peaker yang akan dioperasikan selama waktu beban puncak, yaitu pukul 17.00 s.d 22.00 dengan Exclusive Commited Energy sebesar 1.669 Giga Watt hours (GWh) per tahun.
Pembangkit ramah lingkungan ini telah terinterkoneksi dengan saluran transmisi 275 kV ke Provinsi Sulawesi Selatan. Tak hanya itu, PLTA Poso juga telah tersambung dengan saluran transmisi 150 kV dari pembangkit ke Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Pengoperasian PLTA Poso Peaker sangat penting karena banyaknya industri smelter yang masuk ke Sulawesi, khususnya di Sulawesi Tengah. Smelter ini butuh pasokan listrik yang andal," paparnya.
Sementara itu, PLTA Malea yang memanfaatkan arus Sungai Saddang akan menambah keandalan sistem kelistrikan Sulawesi Selatan. Masuknya PLTA Malea bersama dengan PLTA Poso akan membuat cadangan daya sistem Sulawesi Bagian Selatan sebesar 591,5 MW, dengan beban puncak sistem kelistrikan sebesar 1.517,6 MW dan daya mampu sebesar 2.109,1 MW.
"PLTA Poso dan PLTA Malea jadi bukti kontribusi aktif PLN dalam mencapai target bauran energi nasional dan target NDC dunia," kata Darmawan.
Advertisement