China Tuding AS Jadi Sebab Invasi Rusia di Ukraina, Pemicu Ketegangan dan Kepanikan

China menuduh AS menciptakan kepanikan atas krisis Ukraina dan menolak sanksi terhadap Rusia sebagai tidak efektif.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Feb 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi Amerika Serikat dituding jadi biang kerok Rusia serang Ukraina. (AP PHOTO)

Liputan6.com, Beijing - China pada Rabu 23 Februari 2022 menuduh Amerika Serikat telah "meningkatkan ketegangan" dan "menciptakan kepanikan" atas krisis Ukraina. Sebab Washington mengumumkan sanksi baru terhadap Moskow dan mengatakan akan terus memasok senjata untuk membantu memperkuat pertahanan Ukraina melawan potensi invasi Rusia.

Pada Selasa 23 Februari, Presiden Biden mengatakan Washington akan terus memasok senjata "pertahanan" ke Ukraina melawan invasi Rusia, dan mengerahkan pasukan AS untuk memperkuat sekutu NATO di Eropa Timur.

"Biar saya perjelas, ini benar-benar langkah defensif dari pihak kami," kata Biden dalam pidato yang disiarkan televisi di Gedung Putih.

"Tindakan AS meningkatkan ketegangan, menciptakan kepanikan, dan bahkan mempermainkan jadwal perang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying kepada wartawan seperti dikutip dari CNBC, Jumat (25/2/2022).

"Jika seseorang menambahkan 'bakar ke api' sambil menyalahkan orang lain ... maka perilaku itu tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral," tambahnya, mengalihkan sorotan ke Amerika Serikat dalam menanggapi pertanyaan tentang peran China dalam menyelesaikan situasi.

Dia mengatakan China telah "meminta semua pihak untuk menghormati dan mementingkan masalah keamanan sah satu sama lain, berusaha untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi dan konsultasi, dan bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional."

Sehari setelah pernyataan tersebut, 24 Februari 2022, Rusia pun melancarkan operasi militernya di Ukraina. Serangan demi serangan dilakukan, total sudah ada 137 orang tewas akibat invasi hari pertama --yang hingga kini masih berlangsung.

Langkah Hati-Hati China

Beijing telah melangkah dengan hati-hati di Ukraina karena Moskow telah mengumpulkan ribuan tentara di sepanjang perbatasan negara tetangga itu. China mengkritik Barat karena memberlakukan lebih banyak sanksi setelah Rusia memerintahkan pasukan ke dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri --yang sekarang diakui Moskow sebagai wilayah merdeka, Donetsk dan Luhansk.

Presiden Joe Biden sebelumnya menekankan bahwa hukuman itu hanya "tahap pertama," menambahkan bahwa lebih banyak sanksi akan datang jika Presiden Rusia Vladimir Putin memperluas cengkeraman militer negaranya di luar dua wilayah di wilayah Donbas timur.

China dan Rusia telah tumbuh lebih dekat dalam beberapa tahun terakhir karena mereka menjadi lebih terasing dari Barat, dan lebih bertentangan dengan AS.

Awal bulan ini, Putin melakukan perjalanan ke Beijing dan bertemu dengan mitranya dari China Xi Jinping saat pemimpin Rusia berkumpul di sekitar perbatasan Ukraina.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


China Bakal Ikut Beri Sanksi Rusia?

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Ditanya apakah China akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, Hua menambahkan bahwa Beijing percaya "sanksi tidak pernah menjadi cara yang mendasar dan efektif untuk memecahkan masalah."

Selain Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Jepang dan Australia juga mengumumkan sanksi setelah pengumuman Putin bahwa ia akan mengirim tentara ke Donetsk dan Luhansk.

 


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi COVID-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya