Sekjen PDIP: Ekonomi Hijau Indonesia Jangan Meniru Cara Barat

Sekjen PDIP Hasto mengatakan, Presiden pertama RI Sukarno sudah mencanangkan tentang Green Economy ini tidak terlepas dari tata ruang.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Feb 2022, 20:46 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto Saat Membuka Sekolah Cakada PDIP Gelombang III. (Foto: Dokumentasi PDIP)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengingatkan konsepsi Green Economy dan Blue Economy secara paradigmatik lahir pada tahun 1980-an sebagai respons kegagalan perekonomian dunia yang kapitalistik.

Hal tersebut disampaikannya saat memberikan Kuliah Umum berjudul "Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital Menuju Indonesia Emas 2045" di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (25/2/2022).

"Djoeanda (Raden Djoeanda Kartawidjaja), ketika dipercaya oleh Bung Karno menjadi Perdana Menteri, ia memilih membangun waduk-waduk pembangkit listrik tenaga air seperti Jatiluhur. Mengintegrasikan hutan-hutan tidak boleh diberikan kepada swasta dan asing karena kesadaran dari Soekarno bahwa Indonesia yang berfungsi sebagai paru-paru dunia bersama Brasil dan Kongo," kata Hasto Kristiyanto, Jumat (25/2/2022).

Karena itu, Hasto menyayangkan jika ada peneliti atau ahli menyampaikan konsep Green Economy dengan berkiblat dengan dunia barat. Lupa menggali seluruh konsepsi dari bangsa sendiri yang berada di wilayah laut.


Kondisi Geogafris Indonesia

Menurut dia, seharusnya semua berdasarkan Pancasila serta memahami kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan:

"Pancasila lah dengan spirit kelahirannya pada tanggal 1 Juni (1945) dengan prinsip gotong royong musyawarah mufakat, menghasilkan suatu konsep tentang ekonomi kerakyatan yang egaliter. Tentang nilai-nilai yang inklusif sebagai suatu bentuk transformasi ekonomi hijau," jelas Hasto.

Hasto mengatakan, Presiden pertama RI Sukarno sudah mencanangkan tentang Green Economy ini tidak terlepas dari tata ruang. Sehingga ada koridor strategis bahwa Kalimantan menjadi Ibu Kota Negara dan sebagai kekuatan angkatan udara Indonesia. Kemudian, Indonesia Timur sebagai suatu pusat dari kekuatan maritim Indonesia.

Lalu Sumatera sebagai pusat perkebunan, Jawa-Bali sebagai pusat riset dan lumbung pangan, Bandung sebagai pusat pertahanan militer darat, dan Sulawesi juga sebagai lumbung pangan.

"Jangan menggunakan lahan subur untuk kebutuhan industri. Itu politik tata ruang, itu Green Economy di dalam kebijakan tata ruang," kata Hasto.


Berdiri di Kaki Sendiri

Menurutnya, konsep ini diadopsi oleh Presiden Jokowi yakni Indonesiasentris.

"Yang terpenting bukanlah mendorong kemajuan berdasarkan eksploitasi alam tetapi bagaimana menggunakan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengolah apa yang kita punya," ujar Hasto.

Karenanya, semangat berdikari harus digelorakan. Agar mampu menciptakan peluang untuk kemajuan.

"Jika kita mampu berdiri di atas kaki sendiri, Indonesia Emas 2045 menjadikan suatu langkah harapan. Bagaimana kita mengejar ketertinggalan kita," kata Hasto.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri menyoroti dari sisi maritim Indonesia. Menurut dia, untuk mengembangkannya sangat luas dan harus dioptimalkan.

"Nilai ekonominya bagus sekali, sekitar US 1,4 Triliun Dollar per tahun. Artinya hampir tujuh kali lipat dari APBN kita," ucap Rokhmin.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya