Pro Kontra Pengeras Suara di Masjid, Simak Pandangan 'Adem' Gus Baha

KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha sebenarnya sudah membahas perihal penggunaan pengeras suara untuk mengumandangkan azam

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2022, 11:15 WIB
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Jakarta - Terbitnya Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara, memantik dan pro kontra di tengah masyarakat, terkait pengaturan volume suara, termasuk kumandang azan.

Suasana bertambah riuh ketika bereredar penggalan video Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas yang lantas memicu protes sebagian kelompok masyarakat.

Terlepas dari pro dan kontra pengaturan penggunaan pengeras suara, jauh hari sebelum terjadi pro kontra  tersebut, penceramah KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau yang akrab dipanggil Gus Baha sebenarnya sudah pernah membahas hal ini.

Dikutip dari akun YouTube Sekolah Akherat (26/02/22), Gus Baha menjelaskan perihal mengeraskan atau tidak suara azan memang terjadi perbedaan pendapat.

Gus baha juga menandaskan bahwa perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang lumrah dan biasa saja.

"Sampeyan kalau beda pendapat biasa saja. Jangan seperti orang sekarang, kalau beda pendapat ribut. Beda pendapat itu fitrah. Tidak mungkinlah kita tidak beda pendapat, tidak mungkin," kata Gus Baha.

Lantas ia menjelaskan perbedaan pendapat yang ia temui di tengah-tengah masyarakat terkait keras atau lirihnya dalam mengumandangkan azan.

"Di kampung-kampung kalau ada masjid pakai speaker, di mana-mana, saya sering ditanya, Gus, bilangin kalau azan jangan banter-banter, membuat berisik tetangga. Kalau sudah niat sholat, tidak usah azan pasti datang," lanjutnya.

"Yang satunya lagi bilang, ya nggak! harus keras, biar jadi syiar," imbuhnya, menjelaskan perbedaan pendapat di tengah masyarakat ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Pernah Terjadi di Masa Rasulullah SAW

via: Twitter.com/cakimiNow

Menanggapi perbedaan pendapat tersebut, Gus baha menceritakan bahwa keras dan pelan cara ibadah juga telah terjadi di masa Rasulullah SAW.

“Abu Bakar kalau wiridan itu lirih sekali, selirih-lirihnya. Umar kalau wiridan keras sekali. Tidak pakai sound sistem tapi keras sekali, membuat ramai," cerita Gus Baha.

Ketika Sayyidina Abu Bakar ditanya oleh Rasulullah, "Ya Aba Bakrin, kenapa kamu melirihkan suara?," cerita Gus Baha.

"Saya itu malu sama Allah, Dia itu Dzat yang Maha Mendengar. Jadi, saya mengeraskan suara itu malu, seperti Tuhan butuh suara keras saja," jawab Abu Bakar, sebagaimana diceritakan Gus Baha.

Ketika Sayyidina Umar ditanya Rasulullah, "Kenapa kamu terlalu keras ?"

"Supaya tidak mengantuk," jawab Umar sederhana.

“Rasulullah dalam banyak hal ya begitu. Ketika banyak masalah itu sahabat berdoa keras-keras,".

 


Yahisimun

Sayid Said Agil Husin Al Munawwar, Gus Baha dan Gus Mus. (Sumber: Instagram/republik.santri)

Rasulullah bersabda: kamu tidak berdoa dengan dzat yang tuli, maka kamu tidak usah keras-keras”, cerita Gus Baha dengan menukil Hadits Nabi.

"Jadi, andaikan ada istighosah pakai sound sistem keras-keras, itu ya perlu dipertanyakan. Tuhan sudah dengar kok gegernya seperti itu ngapain," kata Gus Baha.

"Tapi kalau madzhab (pendapat) ini kamu pakai, lalu ada pertanyaan, “Dangdut saja keras, kenapa kalimat thayyibah tidak boleh keras? Masalah lagi," kata Gus Baha membandingkan.

Di akhir ceramahnya Gus Baha menjelaskan hikmah dibalik perbedaan tersebut terkandung hikmah yang besar yakni memilih pendapat yang mana saja dalam hal ini tetap berpotensi baik (yahisimun)

Penulis: Khazim Mahrur

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya