Liputan6.com, Jakarta - Pada Juni 2021, El Salvador menjadi negara pertama yang secara resmi membuat Bitcoin (BTC) sebagai alat pembayaran yang sah. Dampak dari hal itu, bisnis di negara tersebut dapat menampilkan harga barang dan jasa dalam bentuk BTC. Selain itu, warga juga dapat membayar pajak dalam BTC.
Pada pergantian tahun, Bank of England (BoE) mengangkat kekhawatiran atas kripto dan kemungkinan risiko yang ditimbulkannya terhadap stabilitas keuangan EL Salvador, seperti dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (26/2/2022).
Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyoroti kekhawatiran serupa awal tahun ini. IMF bahkan menyerukan kerangka kerja regulasi kripto global. Selain itu, IMF juga sempat peringatkan presiden El Salvador, Nayib Bukele soal kekhawatiran risiko atas adopsi kripto di negara tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Minggu ini, para senator Amerika Serikat (AS) juga menyoroti langkah adopsi bitcoin El Salvador sebagai alat pembayaran yang sah. Sekelompok senator A.S. memperkenalkan undang-undang “Accountability for Cryptocurrency in El Salvador (ACES) Act”.
Rancangan undang-undang itu mensyaratkan, selambat-lambatnya 90 hari setelah hari pemberlakuan Undang-undang ini, Sekretaris Negara, berkoordinasi dengan kepala departemen dan badan Federal terkait lainnya, harus menyerahkan kepada komite Kongres yang sesuai laporan tentang adopsi oleh Pemerintah El Salvador dari cryptocurrency sebagai alat pembayaran yang sah.
Nayib Bukele tak hanya diam setelah dikeluarkan RUU tersebut, dirinya mengomentari RUU itu melalui akun Twitter pribadinya, Kamis 17 Februari 2022.
"Oke boomer, Anda memiliki 0 yurisdiksi di negara yang berdaulat dan merdeka. Kami bukan koloni Anda, halaman belakang Anda atau halaman depan Anda. Jauhi urusan internal kita. Jangan mencoba mengendalikan sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan," cuit Bukele.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fitch Ratings Turunkan Peringkat El Salvador Imbas Adopsi Bitcoin
Sebelumnya, setelah menerima teguran dari Dana Moneter Internasional (IMF) karena menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran, kini El Salvador harus menerima dampak buruk kedua yaitu peringkat IDR nya harus turun.
Lembaga pemeringkat kredit Amerika, Fitch Ratings telah menurunkan Issuer default ratings atau Peringkat default penerbit (IDR) El Salvador jangka panjang dari B ke CCC, seperti dilansir dari Cointelegraph, ditulis Sabtu, 18 Februari 2022.
Fitch menyebutkan, itu karena ketidakpastian kebijakan dan adopsi bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah sebagai beberapa faktor yang menyebabkan penurunan peringkat.
Fitch Ratings menerbitkan peringkat kredit yang merupakan opini berwawasan ke depan tentang kemampuan relatif suatu entitas atau kewajiban untuk memenuhi komitmen keuangan.
Peringkat Default Penerbit (IDR) diberikan kepada perusahaan, entitas berdaulat, lembaga keuangan seperti bank, perusahaan leasing dan asuransi, dan entitas keuangan publik (pemerintah daerah dan daerah).
Terlepas dari ini, Fitch Ratings menjelaskan ketergantungan pada utang jangka pendek, pembayaran Eurobond sebesar USD 800 juta atau sekitar Rp 11,4 triliun yang jatuh tempo pada Januari 2023, dan defisit fiskal yang tinggi menghalangi peringkat yang lebih baik untuk negara tersebut.
Selain itu, utang jangka pendek El Salvador yang meningkat dianggap oleh Fitch melumpuhkan kemampuan pemerintah untuk membayar utangnya secara keseluruhan, yang memperbesar risiko roll-over.
Dengan hampir USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,6 triliun jatuh tempo pada Agustus, September dan Oktober, Fitch menyebutkan kendala keuangan akan lebih sulit untuk dihadapi negara.
Advertisement
Penjelasan Fitch
Menurut Fitch, negara tersebut juga menghadapi peningkatan risiko dari kebutuhan pembiayaan yang tinggi dan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
Fitch juga menyebutkan, negara yang menggunakan BTC sebagai alat pembayaran yang sah berkontribusi pada ketidakpastian pada program potensial dari Dana Moneter Internasional yang dapat menyediakan pembiayaan yang dibutuhkan negara pada 2022–2023.
Peringkat negara masih bisa naik tepat waktu jika memenuhi kriteria Fitch, termasuk konsistensi dalam menyelesaikan utang dengan membuka sumber pembiayaan yang dapat diprediksi dan penyesuaian fiskal yang berfokus pada keberlanjutan utang.