Jadi Importir Minyak, RI Terancam Rugi Besar Akibat Perang Rusia vs Ukraina

Perang Rusia-Ukrania akan menyulut kenaikan harga minyak dunia hingga mencapai level tertinggi sebesar USD 105 per barel.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2022, 15:00 WIB
Harga minyak cenderung variatif didorong sentimen ketegangan Rusia-Ukraina dan serangan Amerika Serikat ke Irak.

Liputan6.com, Jakarta Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyampaikan, perang Rusia-Ukraina akan menyulut kenaikan harga minyak dunia hingga mencapai level tertinggi sebesar USD 105 per barel.

Dia menyebut, situasi ini, tidak menguntungkan sama sekali bagi Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor terbesar komoditas minyak mentah.

"Sebagai negara net importer, Indonesia tidak diuntungkan sama sekali atas kenaikan harga minyak tersebut. Bahkan, membumbungnya harga minyak itu justru merugikan dan memperberat beban APBN," ujarnya kepada Merdeka.com, Sabtu (26/2).

Dalam kondisi tersebut, Pemerintah diminta tidak cukup hanya memantau perkembangan yang terjadi. Tetapi, harus mengantisipasi dan membuat proyeksi harga minyak yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan terkait harga BBM di dalam negeri.

"Kalau harga BBM tidak dinaikkan, Pertamina harus menjual BBM di bawah harga keekonomian, yang berpotensi menanggung beban kerugian," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Beban Pertamina

Pengendara mengisi BBM di SPBU Jakarta, Minggu (10/2). Harga Pertamax diturunkan dari Rp 10.200 menjadi Rp 9.850 per liter, harga Dexlite diturunkan dari Rp 10.300 menjadi Rp 10.200 per liter. (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Namun, lanjutnya, beban kerugian Pertamina tersebut bisa diganti oleh pemerintah dalam bentuk dana kompensasi. Kenaikan harga minyak dunia tidak begitu berdampak terhadap Pertamina, tetapi akan memperberat beban APBN

Untuk mengurangi beban APBN, pemerintah harus memutuskan kebijakan terhadap harga BBM. Antara lain menaikkan harga Pertamax sesuai harga pasar, menghapus Premium yang subsudi content tinggi, tidak menaikan harga Pertalite dengan mengalihkan subsidi Premium, sehingga harga Pertalite tidak dinaikkan.

"Tapi, kenaikan harga Pertalite akan punya dampak domino menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli rakyat. Pasalnya, jumlah konsumen BBM terbesar dg proposi mencapai 63 persen," ungkapnya.

Selain itu, Pemerintah perlu membuat penyesuaian ICP secara proporsional yang disesuaikan dengan perkembangan harga minyak dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya