Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI), Tirto Kusnadi, menyebut bahwa selama penanganan pandemi COVID-19, perusahaan farmasi yang tergabung di GPFI berkomitmen untuk terus menjamin ketersediaan obat dan vitamin secara nasional.
Dijelaskan Tirto bahwa dukungan penyediaan obat-obatan dalam menghadapi varian Omicron atau gelombang ketiga ditujukan agar tak lagi terjadi kelangakaan obat seperti saat serangan varian Delta di Juni 2021.
Advertisement
"GPFI telah mengerahkan segala kemampuan sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing anggota GPFI untuk percepatan riset dan pengembangan, proses produksi, distribusi, dan penguatan jaringan ritel apotek dan pedagang besar farmasi (PBF) telah secara konsisten dilakukan untuk ketersediaan obat COVID-19 dan vitamin," kata Tirto.
Seperti diketahui, penambahan kasus COVID-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir cukup mengkhawatirkan. Bahkan, puncak COVID-19 di Februari 2022 telah melampaui kasus Delta pada Juli 2021 yang mencapai 56 ribu kasus.
Dengan penambahan kasus baru yang telah melebihi 60.000 kasus per hari sebelum akhirnya mengalami penurunan pada Jumat, 25 Februari 2022, GPFI memastikan bahwa tak akan terjadi kekosongan obat COVID.
"Masyarakat diimbau untuk tak panik," Tirto menambahkan.
Ketersediaan Obat Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19
Secara nasional, lanjut Tirto, komitmen GPFI untuk menjaga ketersediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga COVID-19 telah melibatkan lebih dari 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat.
Dari sisi distribusi, lebih dari 1.600 pedagang besar farmasi dengan 600 cabang di seluruh Indonesia juga telah menyalurkan obat-obatan kepada lebih dari 15.000 klinik dan puskesmas, 3.000 rumah sakit, lebih dari 17.000 apotek, sekitar 5.000 toko obat dan retailer lainnya.
Tirto, mengatakan, meskipun kasus baru telah mencapai rekor baru di atas 60 ribu yang menyebabkan banyaknya kebutuhan obat resep dan obat gejala COVID lainnya, tapi hingga saat ini tidak ada keluhan masyarakat tentang kekosongan obat, di tengah derasnya peningkatan kebutuhan obat.
Hal ini membuktikan bahwa industri farmasi nasional telah mencapai level kemandirian danketahanan obat nasional karena kekuatan kapasitas produksi, distribusi dan retail yang merata di seluruh pelosok tanah air.
Advertisement
Peredaran Obat Nasional
GPFI yang menguasai 88 persen volume peredaran obat nasional, mengimbau masyarakat untuk tetap melakukan 3M dan jika pada akhirnya terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, untuk mengikuti panduan kesehatan dari 5 Asosiasi Medis dengan berobat ke dokter atau melalui telemedisin, dan disiplin mengonsumsi obat antiviral, obat untuk gejala simptomatis covid tersebut dan multivitamin sesuai anjuran medis.
"Fakta bahwa sampai dengan saat ini, kita tidak lagi mendengar adanya kabar langkanya obatobatan selama gelombang ketiga ini adalah bentuk prestasi dan kolaborasi dari semua stakeholder,yaitu GPFI, Kementerian Kesehatan dan BPOM, dah hal ini patut kita banggakan dan syukuri bersama," katanya.
"Dengan ketersediaan obat dan vitamin GPFI, Masyarakat bisa memperbaiki kualitas hidupnya karena cepat sembuh dan kembali beraktivitas untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan bangsa," pungkas Tirto.
Infografis Alur Telemedicine dan Obat Gratis untuk Pasien Isoman Covid-19
Advertisement