Protes Invasi ke Ukraina, Grafiti Adolf Hitler Berwajah Putin Muncul di Gedung-Gedung Rusia

Warga Rusia bersikeras menyebut invasi ke Ukraina bukanlah atas nama negara, melainkan Vladimir Putin.

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Feb 2022, 13:30 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (Mikhail Klimentyev/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Warga Rusia yang geram punya cara tersendiri dalam melancarkan aksi protes invasi kekerasan Vladimir Putin ke Ukraina. Mereka dilaporkan mencoret-coret grafiti membandingkan presiden itu dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler, mengutip The Sun, Sabtu, 26 Februari 2022.

Demonstrasi atas keputusan pemimpin Rusia itu telah menyebar ke seluruh dunia setelah dua hari pertempuran sengit di Ukraina. Invasi telah menyebabkan pembunuhan atau penangkapan sedikitnya 2,8 ribu tentara Rusia.

Setelah lebih dari 1,5 ribu demonstran ditahan menyusul protes massal di Rusia, seorang pengunjuk rasa mencoretkan "Adolf Putin" di dinding stasiun bawah tanah di Saint Petersburg, kampung halaman Presiden Rusia. Di ibu kota Moskow, demonstran membawa plakat bertuliskan "Tidak ada perang. Putin, pergilah," dan poster yang membandingkannya dengan Hitler.

Itu terjadi ketika Uni Eropa mengatakan pada Jumat, 25 Februari 2022 bahwa tindakan Putin sebanding dengan gerakan Nazi selama Perang Dunia Kedua. "Ia berbicara tentang de-Nazifying Ukraina, tapi ia berperilaku seperti Nazi. Jadi ini semua ada di kepalanya," kata juru bicara Uni Eropa, Peter Stano, pada wartawan di Brussels.

Stano ditanya tentang tujuan perang Putin, termasuk klaim berulangnya bahwa invasi Rusia bermaksud mencegah "genosida" terhadap penutur bahasa Rusia di Ukraina. Ia menjawab, "Putin selalu mengatakan sesuatu tentang mencegah genosida, yang benar-benar omong kosong karena ia melakukannya atau akan melakukannya."

Di antara kritikus Rusia yang terkenal terhadap perang Putin adalah putri pemilik Chelsea Roman Abramovich. Sofia Abramovich mengunggah gambar di Instagram yang berbunyi, "Putin ingin perang dengan Ukraina," mencoret kata Rusia.

"Kebohongan terbesar dan paling sukses dari propaganda Kremlin adalah bahwa sebagian besar orang Rusia mendukung Putin," lanjut unggahan tersebut.

Protes pecah di jalan-jalan lebih dari 50 kota besar Rusia hanya beberapa jam setelah serangan Putin mulai dilancarkan. Dukungan untuk perang dengan Ukraina dilaporkan jauh lebih rendah daripada ketika Rusia mencaplok Krimea pada 2014.

Dalam pembangkangan luar biasa di negara di mana pengunjuk rasa anti-pemerintah sering dicap sebagai pengkhianat, kerumunan besar menghadapi polisi anti-huru-hara. Namun, para ahli percaya protes yang jauh lebih luas akan diperlukan jika ingin menghasilkan dampak signifikan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Butuh Lebih Banyak Massa

Orang-orang pro-Ukraina meneriakkan slogan-slogan selama protes di luar konsulat Rusia di Istanbul, Turki, Kamis, 24 Februari 2022, setelah pasukan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina. (AP Photo/Francisco Seco)

Pakar politik Rusia Tatyana Stanovaya mengatakan pada Guardian, "Pemerintah dapat menghentikan hampir semua protes saat ini. Agar situasinya jadi serius, lebih banyak orang harus keluar daripada yang melakukan protes (pada Kamis, 24 Februari 2022)."

Wartawan Rusia pemenang Hadiah Nobel, Dmitry Muratov, mengatakan pemikiran perang sangat tidak populer bagi kebanyakan orang Rusia. "Kenangan perang (Dunia Kedua), orang-orang memiliki kerabat di Ukraina, dan Ukraina adalah negara yang kita sayangi, itu menahan, bahkan pendukung paling fanatik dari kepemimpinan saat ini," katanya.

"Tidak ada antusiasme untuk ini," ia menyambung.


Video Viral

Warga Ukraina berdemo di pusat Kota Kyiv menentang kemungkinan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, Sabtu, 12 Februari 2022. (Foto: Efrem Lukatsky/AP Photo)

Pada Kamis, 24 Februari 2022, sebuah video seorang wanita Ukraina pemberani menghadapi tentara Rusia jadi viral. Di rekaman itu, ia menuntut untuk mengetahui "mengapa mereka menginvasi negaranya."

Protes terhadap agresi Rusia telah terjadi di kota-kota di seluruh dunia. Demonstran di Edinburgh menulis "pembunuhan massal" di grafiti merah di sisi aplikasi visa Rusia. Sebuah mobil yang membawa duta besar Rusia untuk Republik Irlandia dikepung massa yang berteriak marah ketika mencoba memasuki kompleks kedutaan Rusia di Dublin.


Serangan Rusia

Orang-orang duduk di kereta bawah tanah Kiev, menggunakannya sebagai tempat perlindungan bom di ibu kota Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Warga di Kiev tampak berlindung di stasiun bawah tanah kota dan tempat-tempat aman lainnya untuk menghindari invasi Rusia. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Pasukan Rusia memasuki pinggiran Kyiv pada Jumat, 25 Februari 2022, mengancam kota berpenduduk tiga juta orang dari barat laut dan timur. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pasukannya telah merebut target strategis bandara Anotov yang berjarak sekitar 32 kilometer dari pusat kota.

Tank Rusia difilmkan di distrik Obolonskyi hanya sembilan kilometer di utara pusat kota pada Jumat pagi. Pada Jumat malam, sirene terdengar di Kyiv untuk dua malam berturut-turut, dengan ledakan mengguncang kota sekali lagi.

Wali Kota Kyiv, mantan juara dunia tinju kelas berat, Vitali Klitschko, memperingatkan bahwa Jumat malam akan "sangat sulit" bagi kotanya setelah lima ledakan terdengar, termasuk satu di dekat pembangkit listrik.

Putin sendiri mengecap pemerintahan Presiden Zelenskyy sebagai "geng pecandu narkoba dan neo-Nazi yang telah menetap di Kyiv dan menyandera seluruh rakyat Ukraina."


Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya