Liputan6.com, Banyuwangi - Salah seorang warga Kabupaten Banyuwangi memiliki hobi mengoleksi pusaka dari berbagai daerah di Indonesia. Kini jumlahnya sudah mencapai ratusan.
Dia bernama Fakhru Dian Amsyak Sani asal Kelurahan Sobo Banyuwangi. Di ruangan berukuran 4x4 meter persegi, itu ia menyimpan 300 koleksi keris, termasuk tombak serta barang antik lainnya.
Pria yang akrab disapa Dian mengaku mulai kesengsem dengan pusaka sejak tahun 2010 silam. Berawal dari sepasang keris pemberian leluhurnya.
"Saat ini sudah ada 300-an keris. Ada yang dari Madura, Bali, Bandung, Lombok, dan Aceh. Namun keris yang paling banyak didominasi dari Kabupaten Banyuwangi," ujarnya, Minggu (27/2/2022).
Baca Juga
Advertisement
Ia mengaku bila benda pusaka tersebut didapat dari jual beli. Namun tak sedikit yang ia peroleh dari penarikan dengan cara gaib. Dari ratusan keris itu kata dia, beberapa keris yang ia anggap sebagai masterpiece.
"Koleksi saya yang paling istimewa yakni keris Naga Sosro yang di pegang oleh raja, keris putri, dan keris singo barong," ucapnya.
Ia pun mengaku benda bersejarah atau benda antik tentu lekat dengan hal mistis. Kendati demikian, ia menilai tergantung bagaimana orang menyikapinya.
"Bagi saya ini adalah upaya untuk nguri-nguri budaya atau melestarikan budaya nenek moyang. Saya juga menjual bila ada seseorang yang berminat," tuturnya.
5 Keris Sakti Mandraguna yang Terkenal di Indonesia
Keris merupakan salah satu peninggalan yang berharga di miliki Indonesia. Bahkan pusaka yang satu ini, telah terdaftar di UNESCO sebagai warisan budaya benda dari Indonesia. Pada jaman dulu, keris sering digunakan untuk alat perang antar kerajaan.
Hingga sekarang keris masih terus mempunyai peranan penting bagi masyarakat Indonesia, meski terkadang hanya untuk koleksi maupun pelengkap dalam sebuah acara- acara tertentu saja. Salah satunya adat dan budaya jawa yang selalu menggunakan keris.
Dari sekian banyak keris yang ada di Indonesia, ada beberapa keris sakti mandraguna yang terkenal di Indonesia.
Keris Empu Gandring
Keris Empu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singosari di daerah Malang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elite Singosari termasuk pendiri dan pemakainya sendiri Ken Arok.
Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Empu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna, senjata ini memiliki kemampuan supranatural yang kabarnya melebihi keris pusaka masa itu.
Singkat cerita Ken Arok justru menusukan keris itu ke Mpu Gandring. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan, keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.
Dalam perjalananya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elite kerjaan Singosari yaitu, Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok
Keris Naga Sasra dan Sabuk Intan
Keris pusaka Naga Sasra dan Sabuk Intan adalah peninggalan Raja Majapahit. Naga Sasra adalah nama salah satu dapur keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya agar tidak salah.
Pada keris Dapur Nagasasasra yang bagus, sebagian banyak bilahnya diberi kinatah emas, dan pembuatan kinata emas semacam ini telah dirancang oleh sang empu sejak awal pembuatan. Pada tahap pakhir, sang empu sudah membuat bentuk kinatah sesuai rancangan.
Bagian-bagian yang kelas akan dipasang emas diberi alur khusus berupa pamor, untuk tempat pemasangan kedudukan emas dan setelah penyelesaian wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas oleh pandai emas dari dalam kerajaan.
Salah satu pembuat keris dengan dapur Naga Sasara terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerjaan Majapahit.
Keris Kiai Setan Kober
Keris Kiai Setan Kober adalah nama keris milik Adipati Jipang, Arya Penangsang. Keris ini dikenakan pada waktu ia perang tanding melawan sutawijaya. Suatu saat tombak Kiai Pleret yang dipakai Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang hingga ususnya terburai keluar.
Arya Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya itu pada wrangka atau sarung-hulu keris yang terselip di pingganya, dan terus bertempur. Sutawijaya yang terdesak hebat dan kesempatan itu dimanfaatkan Arya Penangsang untuk segera menuntaskan perang tanding tersebut, dengan mencabut keris dari dalam werangka atau ngliga keris (menghunus) atau mata keris Kiai Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di bagian werangkanya .Ia pun tewas seketika.
Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya jika kelak menikah meniru Arya Penangsang dan mengantikan buraian usus dengan rangkaian atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan hingga saat ini.
Condong Campur
Condong campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerjaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklore.
Keris ini dikenal dengan nama kanjeng Kiai Condong Campur. Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang empu. Bahkan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.
Keris Taming Sari
Diceritakan pemilik asal keris ini adalah merupakan pendekar atau hulu balang kerjaan Majapahit yang Bernama Taming Sari. Keris ini kemudian bertukar tangan kepada hulubalang Malaka yang telah Berjaya membunuh Taming Sari Bernama Hang Tuah.
Perpindahan kepemimpinan ini Terjadi dalam suatu duel keris yang sangat luar biasa antara Taming Sari dan Hang Tuah, yang akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah.