Liputan6.com, Jakarta Pengamat menilai dampak dari perang Rusia-Ukraina berdampak pada pasokan energi global. Dengan begitu harga minyak hingga batu bara diprediksi terus mengalami kenaikan.
Pengamat Energi dan Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman menyebut kenaikan harga komoditas energi dunia ini akan berlangsung lama. Mengikuti perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina.
Advertisement
"Sudah dapat dipastikan selain harga minyak mentah naik, harga gas dan batu bara juga naik. Kita tidak tau sampai kapan konflik Rusia dengan Ukraina akan berakhir, apalagi jika US (Amerika Serikat) dan NATO terlibat langsung mendukung Ukranina maka akan berlangsung lama," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (27/2/2022).
Imbas dari ini, kata Yusri, akan meningkatkan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia. Akibatnya, harga minyak goreng atau industri turunannya seperti sabun dan kosmetik akan naik.
"Sudah pasti jika harga harga minyak mentah, gas dan CPO naik, tentu berakibat subsidi untuk BBM Premium dan Pertalite naik, meskipun bukan jenis BBM subsidi, tetapi BBM penugasan yg Pertamina tidak boleh menaikan harga jual di SPBU tanpa persetujuan Pemerintah," katanya.
"Selain itu subsidi untuk minyak goreng akan meningkat supaya (bisa mencapai) harga eceran Rp 14.000 perliter, termasuk subsidi untuk FAME dari dana BPDPKS akan membesar untuk program B30," imbuh dia.
Ia menyebut, terkait minyak mentah, Indonesia masih bergantung pada pasokan impor. Sehingga, kenaikan harga minyak dunia akan berpengaruh terhadap harga olahan turunannya di dalam negeri.
"Soal minyak mentah kita sangat tergantung import, karena konsumsi kita sudah 1.5 juta barel perhari, sementara produksi hanya 700.000 barel perhari," katanya.
Harga LPG
Merespons kenaikan harga energi, terbaru Pertamina kembali menyesuaikan harga LPG. Artinya, ada kenaikan kurang lebih Rp10.000 per tabung non subsidi.
Harga LPG non subisidi kembali mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan kedua pasca kenaikan harga pada Desember 2021 lalu.
PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga LPG non subsidi. Kini, harganya dipatok Rp15.500 per kilogram.
Harga baru seluruh produkLPG non subsidi ini berlaku mulai tanggal 27 Februari 2022.
"Penyesuaian harga ini telah mempertimbangkan kondisi serta kemampuan pasar LPG non subsidi, selain itu harga ini masih paling kompetitif dibandingkan berbagai negara di ASEAN," kata Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting dalam keterangan resmi, Minggu (27/2/2022).
Sementara itu untuk LPG subsidi 3 kg, Irto menyatakan bahwa tidak ada perubahan hargayang berlaku. Diketahui, pengguna LPG 3 kg mencapai 93 persen pengguna LPG.
“Penyesuaian harga hanya berlaku untuk LPG non subsidi seperti Bright Gas atau sekitar 6.7 persendari total konsumsi LPG nasional per Januari 2022 ini. Untuk LPG subsidi 3 Kg yang porsinya lebih dari 93 persen tidak mengalami perubahan harga, harga tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, ” tambah Irto.
Advertisement
Ikut Perkembangan Harga Internasional
Irto menjelaskan, penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.
“Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 USD/metrik ton, naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” jelas Irto.
Ia menyebut untuk informasi lengkap mengenai seluruh harga LPG non subsidi terbaru, masyarakat dapat langsung menghubungi Pertamina Call Center (PCC) 135.
Dengan aturan ini, harga LPG nonsubsidi 5,5 kg dibanderol sekitar Rp 85.250 per tabung sebelunya Rp 76.000 per tabung.
Sementara, LPG 12 kg dibanderol sekitar Rp 186.000 per tabung dari sebelumnya Rp 162.000 per tabung.