Liputan6.com, Jakarta - Di era pandemi COVID-19 masker menjadi barang wajib yang perlu dikenakan setiap bepergian ke luar rumah atau ke tempat umum.
Para ahli meyakini bahwa masker dapat mencegah penularan virus Corona yang dapat masuk melalui hidung dan mulut. Namun, banyak orang mengeluhkan bahwa memakai masker membuat pengap dan tidak leluasa bernapas.
Advertisement
Bahkan, timbul anggapan bahwa masker membuat karbon dioksida (CO2) menumpuk. Terkait anggapan tersebut, Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K)., M.Si mengatakan bahwa itu tidak betul.
“Tidak betul, penelitian tentang masker itu dimulai sejak wabah influenza tahun 1914-1918 di mana yang meninggal 100 juta orang,” kata profesor yang akrab disapa Miko dalam seminar daring Herohelp.id Minggu (27/2/2022).
Simak Video Berikut Ini
Menghambat Virus bukan Oksigen
Semenjak terjadi wabah influenza, penelitian tentang masker mulai menjamur. Hingga kini, masker-masker resmi yang beredar terbukti membuat oksigen tetap masuk ke saluran pernapasan dengan lancar. Di sisi lain, karbon dioksida akan keluar dengan lancar pula.
“Kalau oksigen bisa masuk berarti virus pun bisa masuk? Tidak, oksigen bisa masuk karena molekulnya kecil, sedangkan virus Corona lebih gede.”
“Jadi, masker tidak akan mengurangi masuknya oksigen, virus tidak akan lolos kalau pemakaiannya benar, dan karbon dioksida tidak akan menumpuk,” kata Miko.
Advertisement
Benteng Pertama
Miko juga menyebut bahwa masker adalah benteng pertama dalam melindungi paparan virus melalui lubang hidung dan mulut.
Maka dari itu, semua orang dianjurkan memakai masker, mulai dari anak usia lebih dari dua tahun hingga lanjut usia (lansia).
Namun, tak sedikit orangtua melaporkan bahwa anak-anaknya enggan mengenakan masker dengan alasan tidak nyaman. Menurut Miko, hal ini dapat disiasati.
“Jelaskan kenapa harus pakai masker dengan cara mendongeng atau melihat gambar. Orangtuanya harus memberi contoh juga.”
Orangtua juga bisa menyediakan beberapa pilihan masker yang warnanya menarik, biarkan anak memilih sendiri, yang penting ukurannya sesuai dengan wajah anak. Terakhir, jangan lupa untuk memuji anak ketika sudah bersedia mengenakan masker.
“Puji anaknya ‘pinter sudah bisa pakai masker’,” tutup Miko.
Infografis 5 Tips Ajarkan Anak Pakai Masker Cegah COVID-19
Advertisement