Keistimewaan Sya'ban, Bulan Diubahnya Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah

Bulan Sya'ban 1443 H atau 2022 M, jatuh pada hari Jumat (4/3/2022). Mengutip Kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky Al Makky, berikut ini penjelasan pengertian bulan Sya’ban dan sederet peristiwa penting

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Mar 2022, 05:00 WIB
Ilustrasi Masjid Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Cilacap - Bulan Sya'ban 1443 H atau 2022 M, jatuh pada hari Jumat (4/3/2022). Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam.

Namun dibalik keistimewaannya banyak yang belum paham tentang pengertian Sya’ban itu sendiri serta peristiwa-peristiwa penting yang di terjadi di bulan tersebut.

Mengutip Kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky Al Makky, berikut ini penjelasan pengertian bulan Sya’ban dan sederet peristiwa penting yang terjadi di bulan tersebut.

Dalam kitab Madza fi Sya’ban, pada halaman 5, Sayyid Muhammad Alawy mendefinisikan Sya’ban sebagai bulan yang memiliki cabang-cabang kebaikan yang banyak. Selain itu, ia mendefinisikan Sya’ban sebagai jalan yang berada di pegunungan, yang dimaksud dalam hal ini juga adalah jalan kebaikan.

Kemudian, bahwa Sya’ban artinya tersebar luas atau tampak indah dan istimewa. Dari definisi-definisi tersebut Sya’ban dapat dipahami sebagai bulan yang penuh limpahan kebaikan dan keistimewaan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Peristiwa-peristiwa Penting di Bulan Sya’ban

Israel sempat menutup Masjidil Aqsa, namun menyatakan akan dibuka kembali Jumat subuh.

Selain makna limpahan keistimewaan dan kebaikan yang terkandung pada bulan Sya’ban ini, ternyata dalam bulan tersebut terjadi beberapa peristiwa-peristiwa penting.

Dalam kitab tersebut pada halaman 6-12 Sayyid Muhammad Alawy menjelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Sya’ban.

1. Tahwiil Al Qiblah

Tahwiil Al Qiblah Artinya diubahnya arah kiblat dari Baitul Maqdis ke arah Ka’bah. Peristiwa pemindahan arah kiblat ini terjadi pada bulan Sya’ban.

Nabi Muhammad SAW ingin sekali agar kiblat itu ditetapkan Allah ke arah Ka’bah. Oleh sebab itu, beliau sering menengadahkan mukanya ke langit menantikan wahyu yang akan memerintahkan perpindahan kiblat itu.

Maka, turunlah Surat Al Baqarah ayat 144 yang artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya”.

2. Raf’u Al A’mal

Raf’u al A’mal diartikan sebagai laporan terkait amal perbuatan manusia. Pada bulan ini amal-amal atau perbuatan-perbuatan kita yang telah lalu dilaporkan kepada Allah SWT.

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa raf’u al ‘A’mal pada bulan ini sebagai Raf’u al Akbar (pelaporan yang paling besar) dan Raf’u al Ausa’ (pelaporan yang paling luas).

Kalau dianalogikan pelaporan ini sama seperti laporan tahunan. Rasulullah SAW selalu berpuasa di bulan Syaban, karena beliau ingin agar saat Malaikat melaporkan amal perbuatannya, Rasulullah dalam keadaan sedang berpuasa.

 


3. Syahru Sholaati ‘ala Nabiyyi Shallallahu Alaihi Wasallam

Jemaah mengelilingi Kabah pada awal musim haji di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (17/7/2021). Jemaah haji melakukan tawaf dengan tetap menjaga jarak demi mengantisipasi penyebaran COVID-19. (FAYEZ NURELDINE/AFP)

Bulan Sya’ban disebut sebagai Syahru sholawati ‘ala Nabiyi shalallahu alaihi wassalam, yaitu bulan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Di bulan Sya’ban ini, Allah SWT menurunkan ayat yang memerintahkan untuk bersalawat dan menyampaikan salam kepada Rasulullah.

Ayat yang dimaksud yaitu Surat Al Azhab 56: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Salawat kepada Nabi merupakan ibadah yang istimewa. Sebab bukan hanya kita saya yang diperintahkan untuk bersalawat kepada Nabi melainkan Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepadanya.

Atas dasar hal tersebut, maka kita dianjurkan untuk memperbanyak salawat terutama pada bulan Sya’ban ini.

Penulis: Khazim Mahrur

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya